Mohon tunggu...
Eko Hartanto
Eko Hartanto Mohon Tunggu... lainnya -

Hanya Pemuda Biasa Yang Belajar Menulis Tentang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mimpi Anak Bawang Meraba Indonesia

4 Agustus 2014   13:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:28 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi anak bawang yang baru kemarin mengenal ibu pertiwinya pasti terkejut, galau dan tidak menyangka melihat situasi kondisi yang sangat memprihatinkan tentang tontonan yang isinya hampir negatif. Kekerasan membucah, perayaan korupsi dan semua paradoks yang menjelma menjadi grand narrative yang menemani selalu.

Apakah ibu pertiwi telah hilang entah kemana atau hanyalah sebuah label nama belaka? Apakah ibu pertiwi menjelma menjadi imagined communities belaka?

Mungkin memberikan sebuah penilaian terhadap sebuah situasi bukan soal sederhana. Karena dunia bukanlah hitam dan putih semata. Setiap tindakan yang diambil mempunyai sebuah motif motif yang bersumber pada pandangan hidup. Di dalam masyarakat pada umumnya menganut dua pandangan penilaian yang sangatlah berbeda seratus delapan puluh derajat. Yang pertama masyarakat yang menggunakain sistem penilaian absolut. Mereka melakukan penilaian berdasarkan atas benar dan salah semata. Dan dikelompok lain menggunakan sistem penilaian relatif. Masyarakat ini sadar akan mana yang benar dan apa yang salah secara teoritis tetapi juga menggunakan pertimbangan-pertimbangan realistis. Yang lebih memungkinkan kemungkinan-kemungkinan yang lebih berguna dimasa depan.

Bila propaganda isu-isu negatif terus menerus dilahap oleh anak bawang entah apa yang akan terjadi nantinya?

Benih propaganda dan intrik tipu-tipu yang di sebar ke seluruh arah angin akan menimbulkan berbagai opini publik yang berbeda-beda baik positif dan negatif. Bila hal ini terus menerus di gosok maka akan menimbulkan sebuah teror dehumanisasi yang membuat sebagian anak bawang sadar tentang kondisi alam negerinya tetapi akan ada juga yang amnesia terhadapnya.

Dalam kondisi yang terus menerus maka anak bawang tidak dapat menentukan lagi pilihan dirinya sendiri tetapi semua bergantung oleh selera propaganda yang tumbuh subur dimasyarakat.
Saat kecil anak bawang diberi kisah tentang jayanya nusantara lama dan saat dewasa kelak merekalah yang akan meraih kejayaan Indonesia di masa yang  datang.

Tidak ada yang lebih kejam darpida mematahkan tunas-tunas mimpi generasi ini. Harapan yang dipupuk sejak kecil tiba-tiba lenyap di telan generasi diatasnya. Perasaan di tipu, di khianati, di beri harapan palsu pada akhirnya menimbulkan krisis kepemimpinan dan krisis kepercayaan terhadap generasi diatasnya. Mereka berpaling mencari apa yang di impikan menunjukan keberadaannya dan bahkan akan mewarisi pola pikir generasi diatasnya melahirkan demoralisasi untuk generasinya dan generasi anak abwang di bawahnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun