Sebenarnya angka impor barang konsumsi masih baik dan di ambang batas wajar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor barang konsumsi sepanjang 2020 adalah US$ 14,66 miliar. Masih jauh di bawah impor barang modal (US$ 23,7 miliar) apalagi bahan baku/penolong (US$ 103,21 miliar).
Oleh karena itu, struktur impor di Indonesia masih bisa dibilang masih sehat. Sebab, hampir 90% impor adalah bahan baku/penolong dan barang modal yang bernilai tambah untuk proses produksi industri dalam negeri.
Namun permasalahannya terletak pada keberadaan pelaku e-commerce yang menjual produk asing lintas negara itu dengan suatu sistem praktik tertentu yang bisa mengancam eksistensi pelaku usaha di dalam negeri.
Menteri perdagangan, Muhammad Lutfi menyatakan bahwa ia melaporkan praktik predator pricing ini ke Presiden Jokowi agar mendapat perhatian serius karena Indonesia sudah kehilangan UMKM yang mana berperan sebagai penggerak roda negara karena masalah tersebut.
Praktik yang dimaksud ialah praktik yang tak sesuai dengan ketentuan perdagangan barang konsumsi.
Ada dugaan permainan membanting harga atau yang disebut predatory pricing ini yang membuat impor barang konsumsi via e-commerce kian deras dan membunuh pelaku usaha lokal.
Hal ini dikarenakan jenis impor barang konsumsi adalah yang dipakai langsung oleh konsumen tanpa menimbulkan nilai tambah terhadap produksi dalam negeri.
Meski membayar bea masuk, tetapi impor barang konsumsi yang dijual murah di marketplace digital asing menyebabkan persaingan tidak sehat, terutama bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Tanah Air. Harga murah ini membunuh kompetisi
Sebelumnya juga sempat ramai tagar #SellerAsingBunuhUMKM di Twitter. Hal Ini dipicu karena keberadaan seller asing yang dijuluki "Mr Hu". Seller asing ini menjual produk yang didatangkan langsung dari luar negeri sehingga harganya lebih murah dari produk sejenis yang dijual seller lokal Indonesia.
Evermos Bisa Menjadi Solusi Dari Permasalahan Ini
Tentunya hal ini tidak bisa kita biarkan karena lambat laun akan meruntuhkan stabilitas ekonomi di Indonesia mengingat UMKM adalah salah satu roda penggerak ekonomi terbesar.Â
Lantas, bagaimana solusi dari permasalahan UMKM di Indonesia ini?