Sebuah kata yang taklagi asing di telinga kita. Dia bisa menjadi dekat, sedekat nama. Dia bisa menjadi jamak, atas nama kelompok. Bahkan dia bisa menjadi arogan ketika sudah mengatasnamakan ras atau agama.
Identitas berfungsi untuk membedakan antara satu individu dengan individu lain, antara kelompok yang satu dengan kelompok lain, antara keyakinan yang satu dengan keyakinan yang lain.
Jika dilihat dari fungsinya, identitas bisa menjadi pemicu awal terpecahnya kesatuan umat manusia. Lupa bahwa moyang kita hanyalah monyet. Lupa bahwa monyet dulunya belum berdiri -tapi merangkak. Lupa bahwa binatang merangkak jadi memiliki empat kaki yang setadinya adalah sirip. Lupa bahwa sirip itu berubah menjadi kaki ketika memiliki semangat untuk hidup di darat. Lupa bahwa moyang moyang moyangnya kita adalah ikan. Ikan juga lupa bahwa dia berasal dari plangton. Plangton pun lupa bahwa ia tercipta dari perpaduan air dan tanah. Tanah pun lupa jika tanpa air dia taklebih dari ketandusan. Tanah juga lupa jika air berasal dari zat yg terkandung pada meteor.
Jadi apalah kita ini jika masih saja saling mengidentitas. Kita sudah lupa bahwa kita adalah alam. Alam yang satu. Alam yang Esa. Alam yang besar. Alam yang Akbar. Alam yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Alam yang takterbatas.
Identitas adalah sebuah kata yang telah memisahkan kita dari Alam yg sebenarnya satu kesatuan (ESA).
-Bagus, 290814-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI