Mohon tunggu...
Kang Bagiyo
Kang Bagiyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Relawan

Simpel dan sederhana saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tradisi Jawa "Pacak Suci" (Pohon Besar)

17 April 2017   03:38 Diperbarui: 17 April 2017   19:00 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kepercayaan masyarakat Jawa terdapat banyak sekali hal-hal yang bersifat misteri/mistis. Salah satu diantara sekian banyak kepercayaan itu adalah adanya perlakuan istimewa terhadap pohon besar yang dalam masyarakat jawa dikenal dengan sebutan "RESAN". Menurut sebagian narasumber, kata "Resan" berasal dari kata "Rekso" dalam bahasa jawa, dan mendapat tambahan "an" sehingga menjadi kata "Reksan". Arti dari kata "Reksan" dalam bahasa jawa ini adalah sesuatu yang dipelihara atau dirawat.

Dahulu kala, ketika Syekh Subakir hendak menghuni tanah jawa yang terkenal wingit, beliau percaya bahwa di tanah jawa terdapat makhluk dari bangsa jin yang banyak menempati pohon-pohon besar maupun hutan-hutan yang sama sekali belum terjamah manusia. Sehingga beliau berprasangka baik dan menghormati golongan bangsa jin tersebut. Hal ini beliau cerminkan dengan merawat pohon-pohon besar yang kemudian menjadi tempat/rumah para jin. Hal ini beliau lakukan semata-mata demi mewujudkan sifat khusnudhon terhadap bangsa jin yang juga merupakan makhluk ciptaan Allah. (Hal ini dapat dilihat dari tradisi jawa yang memasangkan kain putih panjang yang dipasang melingkar pada pohon besar/Resan. Kain putih tersebut melambangkan hati yang bersih/suci dari prasangka buruk).

Tradisi peninggalan Syekh Subakir tersebut menjadi tuntunan masyarakat jawa secara turun-temurun. Namun seiring perkembangan zaman, tradisi tersebut semakin menghilang. Hanya sebagian kecil masyarakat jawa yang masih melakukan hal tersebut. Itupun tidak lepas dari pertentangan orang-orang yang tidak suka terhadap tradisi ini dengan dalih bid'ah, sesat dan lain-lain.

Banyaknya kalangan yang menganggap sesat akan tradisi ini dikarenakan ketidak-fahaman akan makna filosofi yang terkandung didalamnya. Bahwa sifat dasar masyarakat jawa pada umumnya adalah rendah hati dan berprasangka baik terhadap segala sesuatu. Hal inilah yang diajarkan oleh Syekh Subakir melalui tradisi nguri-uri atau melestarikan pohon-pohon besar yang disebut "Pacak Suci".

Perlu ditegaskan bahwa tradisi ini bukanlah bertujuan untuk menyembah jin yang bersemayam didalam pohon besar, akan tetapi sebagai cerminan sikap menghormati sesama makhluk ciptaan Allah. Sehingga dengan saling menghormati, kita akan terhindar dari gangguan-gangguan jin karena jin akan merasa segan kepada manusia yang berhati suci.

*Rekso (jawa) = Dirawat/pelihara

*Pacak (jawa) = Prasangka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun