Mohon tunggu...
Eko Avianto
Eko Avianto Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Jamaah Yutubiyah | Penikmat kopi saat mentari belum terlalu tinggi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Arah yang Ideal Saat Berjalan di Trotoar

10 Juli 2019   22:14 Diperbarui: 10 Juli 2019   22:22 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering berjalan di atas trotoar? Pernah terpikir arah jalan yang ideal dan lebih aman saat berjalan di atas trotoar?

Bagi masyarakat perkotaan pasti sudah akrab dengan aktivitas berjalan di atas trotoar. Entah sekedar hanya di depan kampung saat ke minimarket atau di tempat kerja ketika hendak ke suatu tempat. Bahkan tidak jarang harus mengelus dada saat trotoar dirampas oleh pengendara motor atau warung tenda atau lapak PKL.

Sebelumnya tidak pernah terpikir tentang arah ideal saat berjalan di atas trotoar. Jalan ya jalan saja. Kalau ada penghalang paling turun ke jalan sebentar terus balik lagi ke trotoar. Sedikit uji nyali karena terkadang harus siap-siap ngecilin badan saat ada motor atau mobil yang mepet dengan badan. 

Pengetahuan saya tentang cara berjalan di trotoar sedikit bertambah ketika ada seorang teman ngobrol soal hak pejalan kaki di jalan raya, termasuk soal trotoar. Dia bercerita tentang banyaknya perilaku pengguna jalan raya yang menyerobot hak pejalan kaki seperti pengendara motor yang naik ke atas trotoar, parkiran di trotoar, hingga warung tenda yang "memakan" trotoar. 

Nah, salah satu poin yang kemudian dia tanyakan adalah: "Kamu kalau jalan di trotoar, searah dengan arus lalu lintas atau melawan arah?"

Saya jawab, "Kadang searah arus lalu lintas, kadang melawan arus. Sesuai kebutuhan saja."

Teman saya tidak menyalahkan atau membenarkan tetapi kemudian menjelaskan jika arah ideal saat berjalan di trotoar, terutama jika trotoarnya hanya selebar satu meter-an, adalah berkebalikan dengan arus lalu lintas. Alasannya: supaya kita bisa melihat keadaan lalu lintas di depan kita. Karena jika kita berjalan searah dengan arus lalu lintas, kita tidak bisa melihat situasi lalu lintas yang ada di belakang kita. 

Foto: poskotanews
Foto: poskotanews

Setelah saya pikir-pikir ada benarnya juga. Kalau kita berjalan membelakangi motor dan mobil tentu saja kita tidak bisa melihat situasi. Bisa saja ada kendaraan yang jalannya oleng atau apa, kita pasti akan terlambat untuk menyadarinya. Sedangkan bila kita berjalan dengan melawan arah dan bisa melihat situasi lalu lintas, kita akan lebih cepat mengantisipasi keadaan jika terjadi suatu bahaya.

Semenjak itu saya jadi punya kecenderungan untuk berjalan di trotoar dengan arah yang berkebalikan dengan arus lalu lintas. Meskipun tetap saja ada kondisi saya harus berjalan searah arus lalu lintas, terutama kalau mau ngopi di warung sebelah. Cuma 20 meter ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun