Bekerja di hotel selama 18 tahun membuat saya akrab dengan istilah Business Centre. Sebuah outlet (atau point of sales) yang menyediakan jasa kebutuhan perkantoran seperti print, email, pc rental, fax dan fotokopi hingga materai. Mungkin bagi pembaca yang sering melakukan perjalanan bisnis atau meeting di hotel sangat akrab dengan jasa business centre.
Tadi malam tiba-tiba saja kepikiran ingin bikin usaha macam business centre di hotel. Inspirasinya dapat dari warnet dan tempat fotokopi yang penuh dengan para orang tua yang mendaftarkan anaknya sekolah secara online. Melihat itu yang terlintas adalah ada peluang membawa konsep business centre ala hotel ke dunia usaha yang lebih luas.
Sebenarnya konsep ini sudah dijalankan oleh banyak pelaku usaha jasa fotokopi. Jadi selain fotokopi, mereka juga menyediakan jasa rental komputer yang biasanya hanya digunakan untuk mengetik naskah atau untuk membuka dokumen yang hendak di print dan di fotokopi di tempat tersebut. Unit komputer yang ada disitu sebenarnya dilengkapi dengan fasilitas internet.Â
Sayangnya kecepatan internetnya super, super lemot. Jadi terkadang untuk membuka sebuah situs butuh waktu yang agak lama. Selain itu CPU dan monitornya juga sudah tidak up to date.Â
Nilai plusnya, jasa fotokopi ini juga menjual ATK (alat tulis kantor) sehingga mempermudah pengguna jasanya dalam memenuhi kebutuhannya.Â
Situasi sedikit berbeda dengan warnet. Kebanyakan warnet fokus pada kecepatan internet dan tampilan PC-nya karena lebih banyak digunakan untuk bermain game atau download film. Warnet umumnya juga menyediakan jasa print dan scan. Selain itu tidak ada.Â
Dua unit bisnis inilah yang dalam bayangan saya bisa digabungkan untuk menjadi konsep dasar jasa Business Centre (ala hotel). Sebuah tempat dimana orang bisa melakukan aktivitas yang mendukung usahanya dalam satu tempat. Internet kecepatan tinggi, tempat yang nyaman, ditambah fasilitas penunjang yang lengkap.
Konsep ini juga tidak jauh berbeda dengan coworking space. Hanya minus ruang meeting atau coffee shop. Selebihnya beda-beda tipis lah. Kebutuhan ruangnya juga tidak seluas coworking space.
Sebuah usaha tidak jauh dari kata modal. Hitung punya hitung, modalnya ternyata cukup besar, terutama sewa tempat dan alat-alat pendukungnya. Bisa mencapai ratusan juta. Hehehe... belum bisa dong kalau mau jalan saat ini. Biar saja, namanya juga ide. Harus dituangkan dulu, takut keburu lupa. Kalaupun saya belum bisa menjalankan, semoga tulisan ini bisa memberi inspirasi bagi yang membacanya. Aamiin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H