"Good luck Al. See you next time..," ucap Novia pelan sembari menatap lembut mataku. "I'm sorry." Novia membalikkan badannya, berjalan dengan cepat menuju halaman stasiun.
Entah kenapa, amarahku perlahan mereda melihatnya seperti itu. Sepintas aku melihat matanya berkaca-kaca saat mengucapkan kalimat terakhirnya. Tubuhku seperti membeku, terdiam terpaku tidak bisa bergerak sedangkan kepalaku penuh dengan banyak pertanyaan.
***
"Hufft..." aku menghela nafas panjang hingga membuat Deni menengok ke arahku.
"Napa bro? Soal Lena lagi?" tanya Deni.
"No. Inget masa lalu aja. Forget it," sahutku.
Tak lama kemudian kami bersiap naik kereta setelah mendengar pemberitahuan dari stasiun jika kereta tujuan Solo akan segera berangkat.
Ketika aku hendak berdiri menyusul Deni yang sudah berjalan duluan, sebuah suara menahanku. "Mas, jam berapa ya?" tanya wanita berbaju putih yang tiba-tiba berdiri di sebelah kananku.
Spontan aku menengok jam tangan yang ada di pergelangan tangan kiriku sambil berkata, "Jam..."
Kalimatku tidak bisa aku selesaikan. Kulihat wajah yang selama ini selalu berada di kepalaku. Novia.
"Kamu???" Hanya itu yang bisa aku keluarkan dari mulutku. Entah bagaimana bentuk mukaku sekarang.