Mohon tunggu...
Eko Avianto
Eko Avianto Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Jamaah Yutubiyah | Penikmat kopi saat mentari belum terlalu tinggi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kereta Senja

1 Juli 2019   22:15 Diperbarui: 1 Juli 2019   23:44 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: triptotrip.co

Tiga tahun lalu, di Simpanglima Semarang, Sabtu malam itu Irfan memberiku sebuah surat. Dari Novia. Katanya balasan dari pernyataanku minggu lalu. Well, seminggu yang lalu aku nembak Novia apakah dia mau jadi pacarku. Pantesan dari kemarin dia tidak membalas chat. Rupanya dia lebih memilih memakai surat. Hari gini pakai surat. Ada email kali.

Aku terima amplop warna ungu itu dan buru-buru membukanya. Hanya butuh waktu sepeminuman teh untuk mengetahui isi dari surat itu. Dia nolak aku.

Tanpa suara, aku berikan surat itu ke Irfan tanpa menyelesaikan semua isi suratnya.

"Gimana bro?" tanya Irfan dengan muka penuh tanda tanya.

"Baca aja sendiri. Males aku Fan," sahutku.

Mendengar ucapanku Irfan bergumam, " Duh... alamat ditolak ini..." 

Tak lama Irfan membaca surat itu sambil menggeleng gelengkan kepala.

"Kenapa Fan?" tanyaku 

"Aneh aja Al. Kok bisa sih Novia nolak kamu karena gak suka dengan cara kamu nembak dia. Ya.., meskipun kalau buat aku itu tandanya kamu masih punya harapan."

"Maybe. Tapi enggak Fan. Aku gak bisa. Pasti akan makan waktu. Besok Minggu aku harus berangkat ke Jakarta. Ada interview di Next TV. Tahu sendiri Ibuku sudah ngejar-ngejar aku buat kerja. Kalau aku gak berangkat, bisa panjang entar ceritanya."

Minggu pagi aku sudah berada di stasiun Tawang diantar Ibu dan adikku yang cewek, Sandra. Seperti biasa, petuah dan nasehat bijak Ibu keluar semua sepanjang perjalanan hingga di stasiun. Aku yang sudah terbiasa hanya bisa merekamnya dalam memoriku di "folder temporary file" sembari mengiyakan semua perkataan Ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun