Mohon tunggu...
eko arifnugroho
eko arifnugroho Mohon Tunggu... -

belajar menjadi guru yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Adalah Penyambung Lidah Tuhan

22 November 2014   06:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:09 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Guru adalah Penyambung Lidah Tuhan”

#aksi KOMPASIANA bersama tanotofoundation

Dengan mengucap bismillaahirrahmaanirrahiim aku awali tulisanku.

Aku berharap semoga bimbingan Allah selalu bersamaku dengan dilimpahkannya banyak kemanfaatan dalam tulisan ini dan keberkahan di kesesudahannya.

Bagi seorang guru, tulis menulis adalah aktivitas yang selalu manifes dalam setiap tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Bagaimana tidak ? Saat mau mengajar, seorang guru harus membuat (menuliskan) rencana pembelajaran. Pada saat masuk dan melakukan proses pembelajaran, seorang guru pun harus mencatatkan, menguraikan diskripsi perkembangan dan pencapaian pengetahuan, sikap dan ketrampilan anak didiknya.  Pun demikian pada saat rapor-tan di akhir semester, seorang guru harus menuliskan prestasi anak didiknya secara diskriptif. Dus... sesungguhnya, aktivitas guru tak bisa lepas dari dunia tulis menulis.

Masalahnya adalah bagaimana agar aktivitas tulis menulis itu tidak hanya berkutat pada tuntutan menjalankan rutinitas sebagai guru di dalam kelas, tetapi dapat juga di-share (dibagi) ke publik, agar ruang kemanfaatannya menjadi lebih luas. Ini tentu bukan barang yang mudah. Tidak semua guru memiliki habit dan kemampuan kepenulisan yang baik. Para guru cenderung lebih mudah dan terbiasa untuk berbagi dalam bentuk komunikasi verbal atau ngomong secara langsung.

Sebelum berbicara lebih jauh tentang pentingnya guru menulis, perlu kiranya dipahami filosofi dasarnya : Guru adalah penyambung lidah Tuhan. Mengapa ? Perhatikan surat pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW : “1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al Alaq : 1-5). Seiring dengan itu, di dalam QS. Asy Syuura : 51, Allah berfirman : “dan tidak patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu (1) atau dibelakang tabir (2) atau dengan mengutus seorang utusan (3) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”

Dari ayat-ayat di atas, Allah menjalaskan, bahwa Beliau sendirilah yang mengajarkan manusia dari ketidaktahuan. Ialah yang telah mengajarkan manusia melalui perantaraan “kalam”.  Dalam proses kefahaman manusia itu, guru memiliki peran yang sangat penting. Guru menjadi jembatan dan perantara bagi tersampaikannya kalam Tuhan, berupa wahyu kepada manusia. Dalam konteks kekinian, wahyu adalah ilmu pengetahuan. Wahyu adalah segala fenomena kemanusiaan dan kealaman. Guru menjadi salah satu komponen bagi Tuhan yang berperan sebagai penerus dan penterjemah pesan-pesan ke-Ilahian dalam bahasa kemanusiaan. Dalam konteks inilah, kegiatan tulis menulis yang dilakukan oleh seorang guru menjadi penting dan sangat – sangat puenting.

Beberapa alasan pendukung lainnya adalah :

1.Satu di antara cita-cita tertinggi seorang guru adalah agar apa yang ia lakukan, sampaikan dan ajarkan saat (di dunia) ini, dapat menjadi amal shalih yang bermanfaat bagi sesama dan menjadi tabungan di akhirat kelak. Melalui menulis, seorang guru dapat memberikan tinggalan pengalaman, pemahaman, dan pengetahuan yang terdokumen (tercatat), yang diharapkan dapat dipetik dan diambil oleh siapapun sesudahnya. Jika seorang guru hanya mengandalkan kemampuan mengajarnya secara verbal, tanpa memberi tinggalan secara tertulis, maka spektrum ajaran yang ia berikan hanya terbatas pada saat tertentu saja. Lain, jika seorang guru memiliki tulisan. Tulisannya akan dibaca, dijadikan bahan renungan, tuntunan dan rujukan sepanjang zaman. Tokoh-tokoh sekaliber Al Ghazali, Ibn Rusyd, Ibn Sina dan banyak tokoh intelektual ternama lainnya dapat kita kenal pemikirannya adalah karena karya tulisnya.

2.Bagi seorang guru, menulis adalah aktivitas yang sangat penting. Sebab, melalui tulisan itulah, guru dapat mengkomunikasikan segala impian, harapan dan pesan-pesan keilmuan yang dimilikinya, yang bisa jadi, “ter-le-wat-kan”, tidak kuasa, atau memang benar-benar “tidak cukup waktu” untuk disampaikan secara verbal di depan para siswa maupun lingkungannya. Apalagi di era implementasi kurikulum 2013 seperti saat ini. Dengan tuntutan pengadministrasian penilaian yang cukup rumit dan pemberian porsi yang lebih luas kepada para siswa (student center), tentu banyak serpihan-serpihan keilmuan yang tidak tercover oleh pencarian para siswa. Melalui tulisan itulah, guru dapat memberikan penegasan dan ulasan lebih mendalam tentang hal-hal yang seharusnya para siswa ketahui dan dalami.

3.Pendidikan yang paling efektif adalah pendidikan yang dilakukan melalui ketauladanan. Melalui ketauladanan guru dalam menulis, akan memberikan dorongan bagi para siswa  untuk dapat belajar dan berkarya secara nyata. Doktrinnya : “Keimanan dan keilmuan itu harus dibuktikan dalam bentuk amal sholih.” Dengan menulis, guru telah menunjukkan kepada para siswa, BUKTI, bahwa upaya untuk mengubah keadaan, atau keinginan untuk berbagi kepada sesama, dapat dilakukan melalui tulisan.

Sebagai penutup, penulis ingin tegaskan, bahwa bagi guru, menulis adalah PENTING. Karena, melalui tulisanlah ide, gagasan, pikiran, perasaan dan karya nyata dapat disampaikan. Melalui tulisan pulalah, upaya untuk melakukan perubahan dapat dilakukan.

Terakhir... pada kesempatan yang baik ini, penulis sangat bersyukur dapat ikut bergabung, berpartisipasi dalam kompetisi yang sangat menarik ini. Wabil khusus kepada KOMPASIANA bekerja sama dengan tanotofoundation yang telah memberikan ruang bagi penulis untuk mengasah kemampuan tulis menulis, sehingga, sebagai anak bangsa, kita dapat sedikit berbagi dalam memberikan makna bagi kemajuan peradaban dan pendidika di negeri ini. Bagi rekan-rekan guru, peserta kompetisi ini, selanjutnya semoga, melalui forum seperti ini dapat dijadikan sebagai forum ta’aruf (saling kenal) dan silaturrahmi keilmuan dan pengalaman.

Salam Perubahan ! Revolusi Mental !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun