Mohon tunggu...
Eko Ardianto
Eko Ardianto Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Guru di UPTD SDN 2 Pasirmunjul Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat

Saya adalah orang yang pantang menyerah. Prinsip hidup saya adalah berjuang tanpa batas. Hidup itu harus terus berjalan walaupun jatuh-bangun. Setiap terjatuh akan ada kesempatan untuk bangun kembali. Hobby saya berenang, lari-lari pagi, memancing dan bermain badminton. Saya suka dengan membaca dan menulis karena dengan membaca dan menulis akan membuat diri kita semakin bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan karakter dalam transportasi masal.

25 Januari 2025   07:01 Diperbarui: 24 Januari 2025   18:19 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto papan prioritas (Kang_Eko)

Hai sobat Kang_Eko yang berbahagia, 

Tahukah sobat tentang Pendidikan karakter pada siswa? Sebenarnya, mengapa sebagai pendidik kita diharapkan untuk dapat mengintegrasikan 7 Kebiasaan baik dalam kegiatan pembelajaran? Lalu, bagaimana menempatkan karakter baik dalam memprioritaskan keadaan? Kali ini, Kang_Eko akan berbagi tentang seberapa besar kesadaran kita dalam memprioritaskan sesuatu sesuai dengan aturan.

Sobat,

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Penyandang disabilitas, berbunyi bahwa penyandang disabilitas memiliki hak prioritas untuk mendapatkan kursi. Mereka memerlukan aksesibilitas dan kemudahan untuk bergerak. Selain itu, wanita hamil juga memerlukan perhatian khusus karena kondisi mereka yang rentan. Lalu, siapakah yang harus kita prioritaskan dulu? Sobat harus mampu secara sadar memutuskan mana prioritas yang harus didahulukan. Misalnya terdapat kasus ada seorang disabilitas, wanita hamil, lansia, dan penumpang dengan anak. Mana yang harus menjadi prioritas mendapatkan kursi atau tempat duduk. Maka, keputusan yang dimaksud untuk memprioritaskan sesuatu yaitu :
1. Penyandang disabilitas dengan kebutuhan khusus.
2. Wanita hamil yang memerlukan istirahat.
3. Lansia dengan kondisi kesehatan yang memerlukan perawatan.
4. Penumpang dengan anak kecil yang memerlukan perawatan.

Sobat,

Dalam praktiknya, kesadaran dan rasa empati dari masyarakat sangatlah penting. Penumpang lain sebaiknya memberikan kursi kepada mereka yang memerlukan, terutama penyandang disabilitas dan wanita hamil harus diutamakan. Jangan selalu mengedepankan egois dalam diri dan merasa paling berhak. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung apa yang menjadi kebaikan bersama. Jika kita terapkan kedalam sebuah pembelajaran, maka pemberian kursi prioritas kepada mereka yang benar-benar memerlukan, seperti penyandang disabilitas, wanita hamil, lansia, dan penumpang dengan anak, dapat mengembangkan empati dan kesadaran sosial siswa. Siswa belajar untuk memahami dan menghargai kebutuhan orang lain. 

Sobat, 

Dengan memberikan kursi prioritas, siswa belajar untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka dan memahami pentingnya kemandirian. Mereka belajar untuk menghormati dan membantu orang lain. Pemberian kursi prioritas membutuhkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis tentang kebutuhan orang lain dan bagaimana mereka dapat membantu. Siswa belajar untuk menganalisis situasi dan membuat keputusan yang tepat. Pemberian kursi prioritas dapat meningkatkan kesadaran dan penghargaan siswa terhadap keanekaragaman dan perbedaan individu. Siswa belajar untuk menghargai dan menghormati perbedaan. Dengan memberikan kursi prioritas, siswa dapat mengembangkan karakter yang baik, seperti empati, kesadaran sosial, tanggung jawab, kemandirian, dan rasa penghargaan. Itulah informasi yang dapat Kang_Eko sampaikan.  Semoga menambah khazanah keilmuan dan bermanfaat untuk semuanya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun