Tepat hari Selasa 26 Oktober 2010 pukul 17.05 WIB gunung Merapi menepati janjinya untuk memuntahkan sebagian isi perutnya. Banyak masyarakat yang tidak mengetahui himbauan status AWAS didaerah sekitar lereng Merapi dikarenakan banyak warga yang baru pulang beraktivitas setelah terlihat sang Merapimulai mengeluarkan suara gemuruh dan debu barulah para warga sekitar berlari berhamburan untuk menyelamatkan diri mereka beserta keluarga banyak diantara mereka yang tetap bertahan dirumahnya dengan alasan menyelamatkan harta bendanya. Ada yang menarik dari sosok pria dengan usia 83 tahun ini beliau sangat konsisten dengan segala yang pernah diucapkan olehnya dan kesetiaan terhadap profesi hingga akhirnya pria ini meninggal bersama meletusnya Merapi. Ya sesosok pria itu bernama Raden Ngabehi Surakso Hargo atau yang lebih dikenal dengan Mbah Maridjan beliau sangat setia dan bertanggung jawab dengan profesinya yaitu menjaga Gunung Merapi hingga akhirnya beliau meninggal diatas pangkuan sang Merapi dalam kondisi bersujud. Gambar 1 Meletusnya sang Merapi telah memakan korban 32 orang meninggal dunia (jumlah korban sampai ditulisnya tulisan ini) termasuk diantaranya wartawan vivanews.com Yuniawan Wahyu Nugroho dan Mbah Maridjan sang juru kunci. Dibalik sebuah bencana pasti tersimpan 'sesuatu' yang mungkin bisa dikatakan sebuah keajaiban dari Sang Maha Kuasa tetapi bukan kesedihan tetapi sebuah keindahan yang diberikan Sang Pencipta sepeti yang terlihat gambar disamping sebuah rumah yang terkena debu panas dari Sang Merapi seolah menggambarkan rumah tua yang tak berpenghuni dan memiliki nilai sejarah yang tinggi dihiasi dengan awan nan biru, kendaraan bermotor yang sudah tidak dapat digunakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI