Mohon tunggu...
eko sumando
eko sumando Mohon Tunggu... -

orang biasa :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Afi, Naufal dan Ego Orang Dewasa

6 Juni 2017   21:43 Diperbarui: 7 Juni 2017   18:39 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sebenarnya malas tapi sungguh menyebalkan ketika anak usia SMA dijadikan pion argumen dalam perselisihan ego orang dewasa di media sosial. Anak yg menulis dengan anak yg melakukan percobaan sains.

Pertanyaan2 aneh demi memuaskan poros politik orang dewasa.

Kenapa afi yg diundang jokowi, kenapa bukan naufal? Lah memangnya sejak kapan ini persaingan? Afi diundang di hari lahir pancasila (mungkin) karena tulisannya yg bernafas kebhinekaan, Naufal sendiri sudah diundang oleh Menteri ESDM (mungkin) ada kaitannya dengan percobaan bioelectricnya dan juga diberikan beasiswa.

Afi diundang ke media2, naufal enggak?kata siapa?saya sendiri pernah nonton dimana naufal diundang sbg bintang tamu, lagipula sorotan ke afi karena kritikan deras dan pelaporan banyak orang atas tulisan "warisan" dia. Emang ada yg mencoba menjatuhkan kredibilitas bahkan sampe mengancam Naufal?

Afi plagiat, naufal sangat cerdas? Proporsi harus dipertimbangkan dalam hal ini, meminta pertanggungjawaban orisinalitas atas status facebook anak sma?seriously?dugaan saya, orang yg nagih ini sepatutnya tidak pernah dengar mp3 bajakan dan ga pernah pake joke orang lain biar suasana lucu karena testosteron akademiknya yang sangat tinggi.

Hmmh, tulisan ttg eksistensi yang tidak bisa dipilih seperti tulisan afi bahkan sudah diperdebatkan Nietsche sejak tahun 1800an. Sementara, percobaan naufal itu adalah prinsip bioelectricity Luigi Galvani yang jg sudah ada sejak tahun 1800an (awalnya Galvani malah menemukannya dari kaki kodok). Banyak contoh buah yang dapat dijadikan elektroda, dan prinsip uji coba menghasilkan listrik dari buah ini sudah jadi kurikulum sekolah menengah di negara maju. Mengetahui itupun tidak lantas merubah pendapat saya bahwa afi dan naufal anak yang cerdas, dan layak diapresiasi. "Buah yang baik tumbuh dari bibit yg baik."

Tulisan afi dikritik kandidat doktor dan master. Pernah coba kritik orang2 yg majuin ide naufal untuk memakai pohon2 kedondong menerangi satu desa?(yang menurut penelusuran Tempo, ternyata tidak terbukti). Pernah nanya dibutuhkan berapa watt untuk menerangi 1 rumah di desa tersebut?pernah nanya untuk 1 rumah, kira2 berapa pohon kedondong?pernah nanya, pohon kedondong kan perlu waktu untuk numbuh, ada masa hidupnya dan lahan. Berapa biaya ekonomiknya dibanding dengan beli 1 genset misalnya? Bahkan dengan dikritik, naufal harus maju, karena yg dia lakukan itu percobaan sains yg perlu terus dikembangkan dengan riset mendalam. "Kota roma tidak dibangun dalam sehari."

Permasalahan tidak pernah pada naufal dan afi. Permasalahannya ada pada ego orang dewasa dan ego poros politik mereka. Ngeri sekali membayangkan orang dewasa menaruh harap kepada anak usia sma untuk memberikan khotbah orisinil tentang perdamaian di status facebook atau orang dewasa yang berharap secara ajaib listrik dari pohon kedondong bisa menerangi 1 desa. Lebih lagi, mempertentangkan mereka. Bukannya itu tugas orang dewasa ya: memperjuangkan perdamaian dan kecukupan energi?

Sayangnya memang academic testosterone, critical thinking dan empati tidak selalu sejalan. Orang2 dewasa berpendidikan tinggi tidak mampu menyaring berita palsu tapi kita nagih orisinalitas sama anak SMA yg kadung famous. Orang dewasa yg punya kuota banyak untuk cari info di google atau youtube tapi kita kalap liat tanaman mengeluarkan listrik.

Kalo bisa ketemu dengan afi dan naufal. Saran saya buat afi tetap: jalani masa mudamu, gapai cita2mu, jangan terlalu serius di facebook dan jangan terlalu pusing sama orang dewasa yg baper dogma, you'll find your way. Saran buat naufal sama kaya buat afi ttg jalani masa muda dan gapai cita2, namun ditambah: jangan puas dengan orang dewasa yang ingin menerangi desa dengan kedondong, you can do more!

Semangat para generasi penerus!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun