Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata PESULAP adalah orang yang berprofesi sebagai tukang sulap. Sulap semata-mata hanyalah permainan "kelihaian" tangan, manipulasi, hasil kerja dari suatu perlengkapan/ peralatan ataupun efek yang timbul dari suatu reaksi kimia dan yang telah dilatih sebaik mungkin oleh seorang pesulap sebelum dipertunjukkan kepada orang lain.
Sekarang, apa hubungannya dengan PRAMUKA?, kalau pertunjukan sulap dilakukan pada kegiatan-kegiatan kepramukaan, maka hal ini akan menjadi hiburan dan metode tersendiri yang menarik. Namun Sulap dalam Gerakan Pramuka akan sulit diterima jika bentuknya lain, menyalahi aturan dan proses yang seyogyanya wajib dilakukan.
Pramuka Pesulap sering kita dapati, walau tidak semuanya yakni pada saat pra kegiatan luar daerah, baik ditingkat Provinsi maupun ditingkat Nasional. Saat perekrutan Peserta maka akan bermunculan Pramuka-Pramuka Pesulap ini.
Kita ketahui, anggota dalam Gerakan Pramuka semestinya berproses untuk memperoleh suatu kecakapan atau keterampilan. Perhatikan pemakaian TKU, HARUS melalui tahap UJI SKU, demikian pula mau memakai TKK, HARUS melalui tahap UJI SKK. Dan Pengujiannya sudah diatur sedemikian rupa dalam AD/ART Gerakan Pramuka, kemudian ditegaskan Kembali dalam Keputusan Kwartir Nasional Nomor 199 tahun 2011 tentang Panduan Penyelesaian SKU, Nomor 134 Tahun 1976 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Kecakapan Khusus, serta Nomor lainnya tentang ATURAN dan  PROSES.
Disebut PROSES karena perolehannya melalui TAHAPAN, dari waktu, peserta serta tempat dan penguji. Inilah yang WAJIB dilalui oleh anggota PRAMUKA, bukan SIM SALABIM ABA KADABRA, jadi dalam sekejab.
Bagaimana dengan PRAMUKA PESULAP, untuk mereka PROSES ini lewat .... maksudnya dilewati tidak dilaksanakan. Maka kita akan mendapati seorang anggota Pramuka Penggalang memakai TKU TERAP, tapi tidak mengetahui arti dan makna kiasan dari lambang pramuka (tunas kelapa). Bagaimana dengan SKK nya, sangat berbahaya jika memakai TKK Renang, ketika diperintahkan pembinanya susur Sungai malah kelelep, yang disalahkan ahirnya Pembina. Atau lucunya memakai TKK memasak, disuruh masak jadinya nasi 3 rasa (paling bawah gosong, Tengah-tengah masak, paling atas mentah).
Kenapa Pembina yang disalahkan !!!... kan aturannya pengujiannya di GUGUS DEPAN?.... Inilah yang menjadi dilemanya, ketika perekrutan anggota PEMBINA juga LEWAT, artinya anggota ini tidak pernah aktif di GUDEP, tapi bisa jadi PESERTA giat luar daerah, dengan persyaratan yang telah ditetapkan pelaksana, yaaa... dipakailah TKU TERAP, TKU LAKSANA dan sebagainya, tanpa melalui PROSES.
Pembina tidak dihargai ! "BERBAHAYA" .... Kalau Pembina sudah merajuk, sudah membina Lelah dan letih  setiap minggu turun, Insentif tidak seberapa (itupun dipakai untuk membeli air minum buat adek-adek yang lelah saat latihan), meluangkan waktu dan tenaga serta pikiran, hanya karena ingin menerapkan IKHLAS BAKTI BINA BANGSA BERBUDI BAWA LAKSANA.
Sedangkan saat ini masalah yang belum memiliki solusi relepan bagi Gugusdepan adalah KEKURANGAN PEMBINA, nah Pembina yang ada tidak dihargai, merajuk dan tidak mau lagi turun membina peserta didik, apa jadinya Gugus Depan ..... mungkin saja akan fakum, tidak ada kegiatan, karena seyogyanya peserta didik dari Siaga, Penggalang sampai dengan Penegak dan Pandega kegiatannya wajib didampingi oleh anggota dewasa yakni Pembina.
Analisanya PRAMUKA PESULAP muncul disebabkan penguasa pemegang keputusan TIDAK menjalankan SYSTEM yang ada, bisa jadi Penguasa ini lahirnya bukan dari Gugus Depan, tapi lahirnya dari Kwartir, artinya ia adalah pengurus kwartir yang tidak aktif di Gugus Depan atau malahan tidak memiliki Gugus Depan. Sesudah itu tidak pernah ikut kegiatan Pelatihan dan Kursus-kursus yang diselenggarakan. Maunya kalau ada giat hanya ingin jalan-jalan dan shoping. Jadi kegiatan tersebut tidak bermakna apa-apa selain wisata.
Dalam struktur Gerakan Pramuka, Gugus Depan adanya paling bawah memang posisi Gugus Depan berada dipaling bawah struktur. Namun kalau struktur organisasi ini kita anologikan sebagai struktur sebuah bangunan, bukankah kokohnya bangunan tersebut dari ancaman roboh tergantung dari pondasi yang berada paling bawah. Atau kalau struktur ini kita anologikan sebagai sebuah pohon, bukankah akar yang kuat dan sehat dapat menahan dan membuat sebatang pohon akan menghasilkan buah yang lebat !.