Mohon tunggu...
Eko Yuono
Eko Yuono Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret angkatan 2007, memiliki cita-cita menduduki jabatan tertinggi di Bank Indonesia kelak, tertarik dengan bidang ekonomi terutama moneter dan perdagangan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bangsa Pengecut? Yang Manakah Anda?

26 Mei 2011   12:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:11 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="" align="alignleft" width="428" caption="from :myquran.com"][/caption] Aturan, kita terkungkung dengan yg namanya aturan. Bangsa ini dididik untuk mematuhi aturan, ya itu baik. Namun, apakah selama ini aturan itu baik ?. Sikap skeptis telah lama hilang dari bangsa ini. Pada kenyataannya anda hanya menjalankan peraturan dari atas, tanpa mengerti apa kebaikannya dan peluang untuk mengembangkannya.

Waktu dulu, saya benci sekali dengan orang yang berkata aturan untuk dilanggar. Namun setelah saya sadari, bahwa aturan dilanggar karena masih ada celah. Ya, celah inilah yg kerap dipergunakan beberapa oknum untuk kepentingan pribadi.

Berangkat dari diri pribadi, apakah kita pernah berpikir bahwa aturan yg diberikan kepada kita sudah baik ? Sudah efisien ?. Pernahkah kita berpikir untuk merubah aturan ke arah yg lebih baik ?. Pernahkah terbersit untuk mengukur sebuah pelanggaran sebagai kesempatan untuk merubah suatu aturan ?.

Ya, saya merasa sama dengan anda semua. Kita semua sudah dididik menjadi bangsa pengecut. Bangsa yg terkungkung pada aturan baku. Tidak berani mempertanyakan dan tidak berani mengkritik. Seolah tahu bahwa hokum tidak berfungsi di negeri ini. Bangsa ini telah tertelan oleh arus kekuatan dan uang. Bangsa ini dibungkam oleh karakter "berserah diri". Toleransi menurunkan daya saing kita, toleransi pula yang mengakibatkan maraknya plagiat. Cukup sudah kita dikungkung dan dihina seperti ini, mari bangkit menjadi bangsa yang besar.

Kita sebagai individu harus maju. Kemajuan dihasilkan dari sesuatu yang visioner. Jika ada yg tidak baik n tidak efisien, silahkan kritik dan beri perubahan. Setidaknya anda sudah melakukan amal untuk perubahan yg lebih baik dan merasa puas dalam diri apabila kiritikan anda tidak ditanggapi. Paling tidak anda sudah menjadi orang yang menang sebelum berperang, berani untuk mencoba.

Apabila anda kalah oleh arus, maka sbarkanlah diri anda. Ibu saya sering berkata, hidup tidak untuk didunia, tapi di akhirat. Dengan perubahan yang anda bawa, maka anda akan menerima konsekuensi, anggap itu sebagai amal anda untuk masuk surga.

Tidak akan maju bangsa ini jika hanya menerima tanpa mempertanyakan. Tidak akan besar bangsa jika anda berdiam diri dalam ketidakefisienan peraturan yang ada.

Lakukan perubahan, agar anak cucu anda tidak menyesal dikemudian hari.

Terinspirasi dari debat selama 2 jam dengan seorang Guru di UGD RS Islam Klaten.

Salam Malammmmm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun