Beberapa orang yang saya temui menyatakan keinginannya untuk menjadi penulis. Mereka berasal dari berbagai kalangan. Ada anak SMA, mahasiswa (ini adalah kelompok terbanyak), guru, karyawan perusahaan, bahkan dosen. Lantas dengan nada berkelakar (sembari menirukan pesan para penulis senior yang sudah punya jam terbang tinggi) saya katakan kepada mereka bahwa jika ingin menjadi penulis tinggal menulis dan selesailah urusan.
Mereka biasanya tersenyum mendengar apa yang saya katakan. Saya pun biasanya ikut tersenyum. Namun, saya akan katakan kepada mereka bahwa jika mereka buka Kamus Besar Bahasa Indonesia, mereka akan menemukan bahwa salah satu pengertian penulis adalah orang yang menulis. Dengan demikian, seorang anak yang masih duduk di kelas dua sekolah dasar pun bisa disebut sebagai penulis jika anak yang bersangkutan menulis sesuatu.
Itulah kelakar yang biasa saya lontarkan saat ada orang bertanya bagaimana cara menjadi penulis. Saya tahu bahwa penulis yang mereka maksudkan bukanlah penulis dalam pengertian sebagaimana saya tulis di atas. Penulis yang mereka maksudkan adalah penulis dalam pengertian penulis yang karyanya dipublikasikan di media massa maupun diterbitkan dalam bentuk buku. Namun, kelakar saya kepada mereka bahwa jika ingin menjadi penulis tinggal menulis dan selesailah urusan bukanlah pernyataan yang (menurut saya) keliru karena saya meyakini bahwa satu-satunya jalan untuk menjadi seorang penulis adalah hanya dengan menulis.
Ya, satu-satunya jalan untuk menjadi seorang penulis adalah dengan menulis, tak ada jalan lain. Satu-satunya cara paling ampuh untuk menjadi seorang penulis adalah dengan menulis, tak ada cara lain. Satu-satunya kiat paling efektif untuk menjadi penulis produktif adalah dengan menulis, tak ada kiat lain. Sekali lagi, menulis, menulis, dan menulis. Begitu pesan para penulis senior.
