Upacara peringatan Hari Statistik Nasional tahun 2025 baru saja selesai.Tidak ada upacara menaikkan bendera. Hanya mendengar arahan dan pesan-pesan dari Kepala BPS. Yang berbeda adalah, upacara dilaksanakan di dalam Auditorium dan disiarkan langsung ke seluruh penjuru nusantara. Saat ini sudah berlangsung program AK-12X. Artinya, setiap bulan ada Arahan Kepala BPS. Setahun berarti12x. Semacam CEO note lah. Semua pegawai bisa nyimak by HP masing-masing. Streaming soalnya. Dan itu Real Time.Â
Perubahan yang dilakukan BPS dalam 8 tahun ini sangatlah sensasional. Kegigihan BPS mendidik sekaligus mendampingi kementrian dan lembaga untuk mengumpulkan data secara mandiri berhasil secara gilang gemilang. Saatnya memetik hasil. Data registrasi penduduk sudah rapi. Data centre BPS yang link dengan seluruh web kelurahan atau desa sanggup menghasilkan data jumlah penduduk secara online. Tinggal klick kita langsung tau jumlah penduduk hari ini. Detik ini juga. Wow awesome. Real Time.
Mungkin sensus penduduk 2020 adalah sensus penduduk terakhir yang dilakukan BPS. Selanjutnya BPS tinggal mengambil data administrasi dari kelurahan yang sudah rapih jalih. Setiap warga wajib hukumnya melaporkan data kelahiran atau kematian, perpindahan dan lain-lain secara online. Kalau tidak jaminan kesehatan gratisnya akan dicabut pemerintah. Demikian juga fasilitas sosial lainnya. Awalnya masyarakat terpakso. Ujungnya manis. Masyarakat bahagia. Tidak ada lagi antrian di kelurahan, atau di puskesmas, semua by sistem.
Data pangan yang tahun 2016 lalu menuai kritik sekarang selesai sudah. Program penghitungan luas lahan yang menggunakan citra satelit berhasil menggantikan sistem eye estimate yang kesohor itu. Sekarang petani semakin pinter. Di setiap ujung petak sawahnya sudah dipasang alat GPS sistem. Sehingga ketika ditake gambar oleh satelit, bisa dipastikan tidak akan tertukar dengan lahan tidur atau alang-alang. Semua by sistem. Ubinan pun tidak memakai alat berat lagi. Cukup menancapkan 4 tiang antene di setiap sudut lalu sebuah alat akan melakukan scanning sehingga angka produktifitas bisa langsung didapat. Teknologi hari ini beda jauh dengan 8 tahun lalu. Pakai IT dan semuanya RealTime.
Kuesioner kertas? Itu masa lalu. Semua sudah online. Perusahaan yang saat Sensus Ekonomi 2016 sering bandel tidak mau memberi data ke BPS, sekarang tidak berkutik lagi. Bagaimana tidak. Jika mereka ingin ekspansi, atau katakanlah ingin mengajukan kredit ke Bank, mereka harus dapat verifikasi dulu dari BPS. Harus masuk ke Statistical Business Register dulu. Apakah BPS tukang stempel? Tidak juga. Mereka cukup mengisi kuesioner yang dibutuhkan BPS melalui survey daring, selesai sudah. Tidak perlu didatangi petugas BPS. Izinpun akan diberikan BPS by sistem. Tidak mungkin terjadi kongkalikong. Dan hasilnya bisa mereka nikmati lagi. Data BPS itu free. Dan ingat semua Real Time.
Kembali ke markas BPS. Gedung BPS sudah memiliki peralatan canggih. Pengawasan dilakukan melalui layar monitor yang online dengan seluruh kabupaten kota. Komunikasi bahkan bisa langsung dilakukan ke KSK. Apa saja yang mereka lakukan bisa diketahui. Ditubuhnya sudah disuntikan serum GPS. Serem? Nggak juga. Kemenag saja ingin melakukan hal tersebut untuk memantau pergerakan jemaah haji. Serumnya aman bagi tubuh, dan ada masa berlakunya.Â
Monitoring distribusi peralatan sensus atau survei yang dulu bermasalah, sekarang itu jadi cerita masa lalu. Kepala BPS tinggal masuk ke Markas Data Centre semua bisa di lihat di situ. Perkembangan daya serap anggaran dan keuangan, memantau proses lelang bisa dilakukan dengan cepat. Subject matter tidak perlu lagi ribet dengan pengadaan konsumsi rapat. Tinggal entry aplikasi,masukin jadwal, menu makanan, beres sudah. Inspektorat? Gampang. Ada sistim pengawasan yang online 24 jam. Tak ada celah untuk membuat kesalahan administrasi lagi. Semua by sistem. Dan itu Real Time.
Maap mas, sudah sampai stasiun Juanda, bangun,ntar bablas. Seorang teman menepuk bahu saya. Whoahhh...masih ngantuk euy. Selamat pagi. Salam super buat kita semua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H