Lihatlah ke kampung. Sungai itu. Dibawah angkuhnya jembatan kolonial. Dulu itu nafas kota ini. Menghidupi jelata. Mengairi bumi haus. Agar tumbuh mekar, kuncup peradaban.
Lorong kampung, kisah para pejuang. Mengais rejeki. Mencari kehidupan. Tengoklah...
Lihatlah.... Datanglah....
Kami ini ada. Tapi tertutup gemerlap negeri atas. Yang berhias lampu lampu.
Larung damar kambang. Di sungai sukun. Bukalah mata. Bukalah hati. Pemantik bangkit, mulai menggeliat. Dari kami, untuk kami. mandiri. Berdikari.
Hanyutkanlah. Terang tetap nyala. Tak tenggelam. Karena kambang. Mengapung dalam jaman. Mengalir dalam kisah. Kami masih ada. Bertahan. Mencipta karya karsa. Membuang sengkala.Â
Dalam Larung damar kambang. Tertuang Pesan dan Harapan. Membuang pesimis. Penerang obtimis, tetap nyala, tetap kambang, walau diguncang, tak kenal tenggelam.
Malang, 7 Mei 2022
Ditulis oleh : Eko Irawan
Puisi saya persembahkan untuk even sbb.