Baca Puisi sebelumnya : Lelaki Yang Tersakiti Â
--------------------------
Aku tak putus asa. Aku tak sambat. Aku terus melangkah. Berjuang tiada lelah. Meski aku menangis. Mesin saja bisa kolaps, saat over kapasitas. Apalagi aku manusia biasa, bukan malaikat.
Lelaki yang tersakiti. Sisi cengeng saat terus menerus dibully nasib. Adilkah ini? Aku sudah berusaha baik. Penuh pengertian. Usaha siang malam untukmu. Tapi apa balasannya?
Aku masih waras. Aku tidak sedang pikun. Semua yang terjadi kemarin masih kuingat. Tak bisa dilupakan dengan kata maaf. Kau bisa berkata, itu dulu. Sekarang tidak. Semudah itukah?
Semua aibku dibumbu fitnah. Jadi dalil fix tak terbantah, bahwa kelakuanmu harus dibenarkan. Demi lelaki lain, kau main gila. Dan itu disaksikan langit bumi. Dicatat malaikat. Masihkah itu kau ingkari? Sungguh itu melampaui batas.
Kau telah rendahkan kehormatanmu sendiri. Demi nafsu cara binatang. Balas dendam cara setan. Kau telah dustakan semuanya demi bangsat pujaanmu. Hingga kiamat, itu tidak termaafkan.Â
Aku lelaki yang tersakiti. Puas bukan dirimu? Hasilnya apa sekarang? Kau telah siksa aku secara biadab. Langit bumi mengutukmu. Imbas bejatmu yang tak termaafkan.Â
Saatnya diakhiri. Karena aku tak Sudi jadi lelaki tersakiti sepanjang hidupku. Bersamamu, aku bisa mati sia sia, didunia tak bahagia, dan sengsara diakhir nanti. Aku tak Sudi kau tipu sandiwaramu lagi.
Selamat jalan. Kau sudah pilih surgamu sendiri.Â