Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi : Lelaki yang Tersakiti (Bagian 2)

24 Maret 2022   20:04 Diperbarui: 24 Maret 2022   20:10 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lelaki yang tersakiti #2 gambar diolah dari bersama dakwah.net

Baca Puisi sebelumnya : Lelaki Yang Tersakiti  

--------------------------

Aku tak putus asa. Aku tak sambat. Aku terus melangkah. Berjuang tiada lelah. Meski aku menangis. Mesin saja bisa kolaps, saat over kapasitas. Apalagi aku manusia biasa, bukan malaikat.

Lelaki yang tersakiti. Sisi cengeng saat terus menerus dibully nasib. Adilkah ini? Aku sudah berusaha baik. Penuh pengertian. Usaha siang malam untukmu. Tapi apa balasannya?

Aku masih waras. Aku tidak sedang pikun. Semua yang terjadi kemarin masih kuingat. Tak bisa dilupakan dengan kata maaf. Kau bisa berkata, itu dulu. Sekarang tidak. Semudah itukah?

Semua aibku dibumbu fitnah. Jadi dalil fix tak terbantah, bahwa kelakuanmu harus dibenarkan. Demi lelaki lain, kau main gila. Dan itu disaksikan langit bumi. Dicatat malaikat. Masihkah itu kau ingkari? Sungguh itu melampaui batas.

Kau telah rendahkan kehormatanmu sendiri. Demi nafsu cara binatang. Balas dendam cara setan. Kau telah dustakan semuanya demi bangsat pujaanmu. Hingga kiamat, itu tidak termaafkan. 

Aku lelaki yang tersakiti. Puas bukan dirimu? Hasilnya apa sekarang? Kau telah siksa aku secara biadab. Langit bumi mengutukmu. Imbas bejatmu yang tak termaafkan. 

Saatnya diakhiri. Karena aku tak Sudi jadi lelaki tersakiti sepanjang hidupku. Bersamamu, aku bisa mati sia sia, didunia tak bahagia, dan sengsara diakhir nanti. Aku tak Sudi kau tipu sandiwaramu lagi.

Selamat jalan. Kau sudah pilih surgamu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun