Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Deru Sejarah Kajoetangan (Deroe Kajoetangan #3)

22 Maret 2022   14:54 Diperbarui: 22 Maret 2022   15:05 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi : Deru Sejarah Kajoetangan

Ditulis oleh Eko Irawan
Dalam Seri Puisi Deroe Kajoetangan #3

---------------------------------


"Kajoetanganstraat" namamu, Kini Jalan Jendral Basuki Rahmat. Berbenah dalam cantiknya Kota Malang. Berbalut romantika, untuk para muda. Yang memadu kasih di bangku bangkunya.

Nieuw Plantkundig Woordenboek voor Nederlandsch Indi, mencatat Kajoetangan itu nama Tumbuhan Euphorbia Tirucalli L. Dalam bahasa Sanskerta itu disebut: Saptala atau Satala. Pada masa Tumapel, daerah itu disebut alas patang atau Alas Patangtangan.

nama "Patang" ditulis Mpu Damawan dalam Prasasti Pamotoh atau Prasasti Ukir Negara tahun 1120 aka atau tanggal 06 Desember 1120. Dan
nama "Alas Patangtangan" disebutkan dalam kitab Serat Pararaton.

 "... Lunga sira angungsi alas. Ndan lingira Ken Angrok. Panghr mani aburuha. Yata sangkaning alas ring Patangtangan arane ...". 

Artinya: Lalu dia pergi ke hutan. Ken Angrok berkata: "Tempat berlindungku dari pengejaran di Hutan Patangtangan namanya".

Arsitek Belanda, Thomas Karsten sang perancang Tata Kota Gemeente Malang, jadikan Kajoetangan jadi pertokoan modern. 1917, jadilah city garden dengan pemandangan indah panorama pegunungan. Ramai pemukiman dan pertokoan khas Belanda.

Deru Sejarah Kajoetangan. Terus bergelora dalam lembar ruang waktu. Menembus masa dalam lintasan kisah. Deroe Kajoetangan terus bercerita. Hingga kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun