Seharusnya pagi itu. Awal. Tentang pertemuan hari baru. Harapan. Dan semangat.
Namun tidak dengan diri ini. Kisah yang harus terjadi. Harus Dihadapi. Mengeluh bukan tak mensyukuri. Tapi inilah Elegi suatu Pagi.
Bersyukur Allah memberiku kantuk. Terlelap dalam buaian malam. Ada jeda lelah, pikiran kusut dan lupakan segalanya. Walau sementara.
Seharusnya pagi itu, sapa manja. Cerita yang memompa jiwa. Agar gairah membara. Penuh motivasi dan harapan setinggi asa.
Tapi ini elegi suatu pagi. Yang tak selalu ceria. Tapi juga pahit. Getir. Dan sakit. Semoga cepat berlalu kegilaan ini. Karena Jujur, aku tiada kuat. Terus dalam elegi yang membunuh pagi.
Malang, Â 20 Maret 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H