Sebenarnya kau tahu maksudku. Mengerti harapanku. Tapi caramu memang beda. Agar aku tangguh seperti yang kau harapkan. Kuat tanpa mengeluh, bertahan tanpa sambat. Maju terus tiada menyerah.Â
Aku harus belajar pada ikan. Tiada kenal berenang mundur. Sekalipun didepan, ada pusaran air. Ada derasnya arus berputar. Terus maju, tiada lelah. Itu yang kau harap dariku.
Dan kubersyukur, harusnya aku tiada kepo, diriku, padamu. Karena dirimu, ternyata wanita tangguh. Sang petarung yang malu untuk mengeluh. Dianggap tiada masalah. Sekalipun berat, tapi kau selalu tersenyum. Sembunyikan sedihmu dengan canda. Walau sejatinya kau sedang terluka.
Kaulah memang bidadari terbaikku. Kaulah kiriman Illahi, untuk masa depanku. Kau dikirim Yang kuasa agar kita jadi satu. Saatnya nanti.
Dan pahami bahwa ini bukan janji biasa. Aku tiada pernah menawarkan harapan palsu. Dan ketahuilah, aku komitmen pada dirimu. Aku tak kan lari dari tanggung jawab. Kau bisa buktikan.Â
Karena apapun nanti, ini hasil perjuangan kita. Lelah kita. Tangis sedih kita. Agar kita punya jalan keluar.Â
Jujur, kita sudah lelah. Lelah hadapi kesedihan. Lelah hadapi kesulitan. Dan dengan bersama, pasti kita bisa. Lalui bersama. Untuk petik sukses, milik kita berdua, saatnya nanti.
Terima kasih kau sudah ada untukku. Kau ada bersamaku, saatku bukan siapa siapa. Tak punya apa apa. Dan kau setia menunggu. Sekarang, saat kau menunggu sejengkal lagi, bersabarlah kekasihku. Karena keajaiban akan segera datang. Pada mereka yang bersungguh sungguh.
Dan malam ini, kuberdoa. Agar kau mau romantis padaku. Seperti sepasang kasmaran. Pasti ada pada suatu waktu nanti. Itu masa terindah kita nanti. Saat kita sama sama saling cinta....
Malang, 16 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H