Ditulis oleh : Eko IrawanÂ
Malam ini rembulan menyapa. Setia datang dalam purnama. Rutin datang sesuai masa. Rasa ini, bukan janji bersama. Tapi tentang perjuangan bersama.
Jika itu janji, tentu berat. Karena diri ini jadi tontonan. Ditunggu berhasilnya, ditanya kapan terwujudnya. Jika gagal, serasa diri ini diadili. Kenapa begini. Kenapa begitu. Tak bisa begitu Sayangku.
Sekarang, kau banyak diam. Tentu itu hakmu. Kau mungkin pertanyakan sesuatu. Dan dengan suka rela telah kuceritakan kenapa. Walau kau tak tanya, tapi aku tetap setia untuk bercerita. Seperti Rembulan purnama, datang pada waktunya.
Kumengerti kau kenapa. Kau tak ingin aku mikir macam macam. Sebenarnya kita sudah saling percaya, sudah saling jaga dan tercipta rasa berbagi. Tentu itu, caramu jalani kisah denganku. Dan itu unik. Bahasa cinta kita berdua.
Malam ini rembulan menerangi. Bercerita pada langit bumi. Ada dua anak manusia yang sedang menunggu. Menanti keajaiban. Agar kisah tak terhenti. Dalam gamang yang ragu.
Tentang aku itu. Jelas. Tulus ikhlas berjuang untukmu. Tentu, aku alami pasang surut. Karena kau yang ku harapkan, kadang cuek bebek. Tak mau tahu lelahku. Seolah hanya aku. Seolah itu salahku sendiri. Berjuang untukmu.
Dan tentang kamu itu. Aku pahami ini caramu. Kau pasang jarak. Pasang pembatas. Seperti sembunyikan kisah kita. Dari siapapun. Dan diluar, aku dianggap reuni teman sekolah dulu.
Kenapa kita tak sepakat saja. Loss doll tanpa Tedeng Aling Aling. Akui ini, aku masa depanmu. Akui aku ini, sebagai kekasihmu. Agar tergugah semangatmu. Â Agar aku kuat. Penuh bara mencintamu. Tiada kenal kendor. Untuk terus tiada lelah, memperjuangkanmu.