Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Diecaster (Hari Hari Puisiku #10)

22 Januari 2022   22:12 Diperbarui: 22 Januari 2022   22:14 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari hari Puisiku #10

Ini caraku. Mungkin lucu. Agar terus hidup imajiku. Moodbooster menulisku.

Bersamamu, hari hari puisiku hidup. Mengembara dalam jiwa muda. Melihat dunia dengan cara lain. Kekanakan, tapi namun menjaga rasa. Daya. Dan Bara.

Tiap jiwa punya cara. Ada yang perlu dijaga. Agar kreatifitas itu tetap ada. Tidak terbunuh masalah masalah hidup. Yang menghabisi masa.

Imajimu bisa dihabisi konflik. Tentang uang. Kekasih. Pekerjaan. Bisnis. Rumah. Dan banyak lagi. Hingga lupa menulis. Tak sempat Berkarya untuk keabadian.

Hari hari puisiku. Memaksa diri untuk tetap jadi diriku. Mengabadikan dunia, dalam caraku. Cara seorang Diecaster.

Malang, 22 Januari 2022

Oleh Eko Irawan.

Seperti inilah proses pengambilan gambar untuk foto cover diatas. 

BTS di Lab d'0ke garage (dokpri)
BTS di Lab d'0ke garage (dokpri)

Memanfaatkan apa yang ada untuk membuat foto apik dibantu canggihnya aplikasi android. Tiap karya didukung foto unik akan memberikan sentuhan tersendiri pada setiap karyamu. Mood ini terjaga dengan cara tetap bermain, mencintai permainan itu dan sejenak larut dalam dunia yang jadi hobbymu. Saya kadang menjadi Reenactor, kadang  Menjadi Diecaster. Inilah jawaban yang bisa saya berikan atas pertanyaan beberapa sahabat yang bertanya apa tipsnya bisa berkarya dan terus berkarya sekalipun dalam tanda kutip banyak masalah dan banyak problem. Apalagi proses berkarya ini hanya gratisan, tidak memberikan kontribusi pada perbaikan penghasilan. Tetap saja kerja keras mencari uang, karena puisi tak ada yang beli dan lapar harus ditebus dengan uang.  Menulis memang aktivitas kepuasan jiwa yang tidak bisa diukur dengan uang. Apalagi kualitas karya kadang dianggap sampah yang bikin orang muak dan muntah muntah. Penilaian itu hak mereka, saya tidak urus. Kalau Ndak suka, Ndak usah dibaca. Lewati saja. Ini dunia saya sendiri. Dan saya berbagi bukan menggurui. Bisa menginspirasi ya bersyukur. Dianggap sampah, ya Ndak masalah. Masih lebih baik menulis, dari pada Purik, terus tidak menulis. Itu saya. Tentu beda dengan anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun