Senjaku selalu disini. Bersama ikan ikan nila budidaya. Duduk sendiri dalam sepi. Merenung hidup, menata langkah dan mengukur capaian. Semua ada diwaktu ini. Me Time.
Aku sudah lelah menjadi orang lain. Dipaksa paksa menjadi pribadi asing. Seolah aku manakin. Dibutuhkan, tapi tak bahagia. Tapi aku terlanjur ada disana. Jadi boneka bodoh yang bisa ditipu.
Aku ingin menjadi diriku. Saat apa yang dikatakan ideal itu, ternyata hanya bullshit. Aku hidup dalam kerangkeng amtenar. Hidup dari hutang konsumtif. Menanggung kewajiban setiap bulan. Terjebak riba, yang jauhkan rejeki.
Aku puing puing hancur. Makan saja dari belas kasihan. Mengeluh hanya jadi beban. Renungan me time yang tak perlu disesali. Menata esok, walau semangat ini sekarat.
Ini me time ku sendiri. Berharap dalam doa. Melangkah dalam daya yang setengah padam. Menunggu keajaiban. Biarkan sendiri, tapi aku terus maju. Seperti ikan pantang mundur. Bahwa rejeki itu tak bakal salah alamat.
Me time. Saatnya jadi diri sendiri. Ini hidupku. Ini caraku. Berjalan dalam persepsiku sendiri. Ini aku. Bukan menurut para lambe bejat. Mereka keparat. Mengikutimu aku jadi bangsat. Tak akan benar menuruti komentar para keparat.Â
Malang, 20 Januari 2022
Oleh Eko Irawan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI