Hujan sehari hari. Jadi cerita Januari. Memang tak romantis menunggu hujan siang itu. Karena Kau disana. Aku disini.
Bukan takut basah. Nanti bisa berganti baju. Tapi ini sangat deras. Tumpah kebumi. Kotaku dipeluk banjir.
Renungan hujan siang itu. Terhenti menunggu. Menalar rejeki yang Kuasa. Dalam syukur. Agar tumbuh hijau pucuk pucuk baru.
Selepas badai, pasti ada hikmah. Hujan bukan bencana. Tapi banjir adalah egoisnya manusia. Yang diberi kuasa mengatur got got dan resapan.Â
Semoga hujan siang ini mereda. Akan ada kicau dan pelangi. Mentari senja akan memerah dibarat. Menebar senyum pada malam.
Dan kembalilah para pengais recehan. Bertebar disenja syahdu. Roda kehidupan terus membuka lembar baru. Bersama nyanyian katak selepas hujan. Sebuah doa bahagia, doa meraih keberkahan Semesta.
Baca Kotaku dipeluk banjir - https://www.kompasiana.com/eko67418/618f9b8fc26b771bd71b0762/kotaku-dipeluk-banjir
Malang, 18 Januari 2022
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H