Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Januari dari Titik 0 Jogja (bagian1)

2 Januari 2022   23:49 Diperbarui: 3 Januari 2022   00:24 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Januari dari titik 0 Jogja (dokpri istimewa)

Angka angka. Dalam hitungan mundur. Menuju angka baru. Tahun baru. Serasa kuingin, akhir Desember itu harus bahagia. Bersamamu.

Dan aku, Masih jua mencari jawab. Tentang Pengakuanmu, atas aku ini, siapa. Apakah aku kekasihmu? Apakah aku calon suamimu? Atau apakah aku hanya dianggap temanmu.

Andai aku hanya temanmu, untuk apa aku bersusah payah gulung Koming. Teman ya teman. Hubungan ala kadarnya. Apa semua teman lelakimu melakukan seperti apa yang kulakukan untukmu? Apa yang kulakukan beda dengan mereka yang kau sebut teman. Kau akui atau tidak, itu beda. 

Jika hanya teman, apa aku akan jatuh cinta pada semua teman wanitaku? Gila apa, jika kulakukan itu. Sungguh cinta ini hanya untukmu. Dan kau, kuperlakukan istimewa, tanpa alasan. 

Cinta itu spesial. Karena cinta ini, khusus untukmu. Tulus ikhlas bagimu. Kurela berjuang untukmu. Apa semua teman lelakimu melakukannya? Apakah aku saja dengan para buaya bajingan?

Aku tak mau jadi Kekasih yang tak diakui. Tak dianggap. Sungguh itu sedih. Karena perjuanganku sangat tidak dihargai. Lelahku tak terobati. Dibiarkan tak terurus. Tak terawat.

Mungkin dirimu, punya kisah. Kau simpan luka lama. Seolah semua laki laki itu sama. Jelas Kau punya alasan, Namun itu, jangan Jadi keputusan mutlak. Melebihi takdir Penguasa langit Bumi. 

Tuhan itu Maha Kuasa Membolak balik hati. Dulu benci, sekarang cinta. Dulu cinta, sekarang benci. Sikapmu sekarang, bisa jadi bumerang. Saat kau menerimaku kelak, padahal sekarang, kau menolak kenyataan. Tak malukah kau sekarang ingkar akan cinta ini. Saat Sang Kuasa bilang Kun Fayakun. Masihkah kau tolak Takdir ?

Pengakuanmu, siapa aku, itu perlu. Seperti aku mengakui, kamu siapa. Aku bisa paham, tapi orang lain? Akan mempertanyakan sikapmu. Justru itu, membuat orang lain menilaimu kurang sedap, dan aku dianggap lelaki bodoh yang mau ditipu dan diperalat.

Jujur, Aku mendambakanmu dengan tulus ikhlas. demi dirimu,kulakukan segalanya. engkau itu semangatku. Motivasiku. Engkau itu, kuperjuangkan. Berdarah darah, seperti memeluk mawar berduri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun