Potret dunia Maya itu. Lambang story hidupmu dari hari ke hari. Berceloteh dalam pencitraan. Pertarungan antara nyata, yang ditutup tutupi. Agar wow didunia imaji.
Paradigma orang baik. Dicitrakan dalam branding diri. Sempurna tiada cela. Agar dipuja puji semesta metaverse. Sebagai pribadi luhur, tapi bohong.Â
Bohong itu jadi kebiasaan. Diulang ulang dalam kaidah munafik akut. Puja puji dunia Maya lebih mencemaskan. Dunia  Imperium Manusia Halu.
Punya Asset banyak, tapi di dunia Maya. Punya kekasih mesra, tapi virtual. Makan enak, tapi khayal. Pergi plesir tapi rebahan dikamar. Semua editan. Pakai kamera jahat. Pura pura bahagia, tapi sedang halu parah.Â
Paradigma sakit jiwa. Dalam imperium manusia halu. Yang virtual, tak nyata. Cara sesat dunia baru. Dianggap modern. Canggih. Tapi ora kepanggih.Â
Saat semua dipamerkan. Ibadah dan amal buat selfie. Dunia Maya lebih utama. Cara munafik menipu publik. Agar semua terpukau. Tapi sejatinya sedang menipu diri sendiri. Itukah makna kemanusiaan modern?
Malang, 31 Desember 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H