Kulihat senyummu. Kupandang wajahmu. Menyesal, kenapa ini tidak sedari dulu. Saat kita masih muda. Tapi inilah cerita kita. Dipertemukan, setelah badai badai pahit. Yang telah lalu.
Sayup sayup terdengar lagu Katon Bagaskara. Cerita tentang Jogja. Sekarang kita memilikinya. Berjalan berdua, menuju lapang luas. Alun alun keraton kehidupan kita.
Berdua bersamamu, melangkah. Kita tinggalkan semua duka. Dan asmara ini akan abadi. Terpatri bersama romantisnya jogjakarta.
Ini bukan khayali. Aku tak pernah menebar janji janji. Kita sudah lalui bersama. Ramainya Beringharjo. Delman delman dan bapia. Bapak tua yang mengayuh becak. Dan baju lurik dengan blangkon ala Jogja.
Nafas yang menyatu semalam. Dalam dekap bak Rama Shinta. Ini bukan cinta semalam. Ini bukan sedang dolanan. Cinta ini bukan omong kosong. Karena ini juang bersama. Langkah berdua.
Titik 0 km Jogja. Kita mencapainya. Pagi cerah di bulan Desember. Dalam hati gembira. Dalam kesepakatan rasa. Bulan madu milik berdua.
Kisah dua anak manusia. Yang dulu lalui cerita cerita duka. Tapi sekarang, wisuda, bertukar bahagia. Ayo, berjanji, untuk kembali lagi kesini kelak. Kita kenang janji kita di nol km Jogja.
Cinta itu harus berani memulai. Ragu ragu itu, hanya penghalang. Kita telah lulus sayangku. Kita telah sepakat berdua, dan kita akan bersama. Dalam kisah milik kita berdua.
Desember 0 km Jogja. Akan jadi kenangan. Dua anak manusia. Yang tak pernah berjanji. Tapi sepakat jalani. Tanpa keluh kesah. Berjuang bersama, dalam doa. Dan amanat cinta berdua. Menyatu dalam asmaraloka.
Malang, 18 Desember 2021
Oleh Eko Irawan