Baca kisah sebelumnya di link berikut ini
----------------------
Mpu Purwwa tampah gagah berwibawa. Sekalipun sepuh, tapi raut tampan masih tersimpan. Wibawanya tak pudar. Pertanda penuh ilmu dan kebijaksanaan. Tak kalah dengan Sri Maharaja Jayamerta. Sang penguasa pra Tumapel.
Pasukan tengah ditata. Perjalanan akan segera dilakukan menuju selatan.Â
"Ananda, kita akan berkeliling. Di timur Kawi. " Bisik MPU Purwwa.
"Kau harus lihat, bahwa nenek moyangmu sudah membangun peradaban maju. Beritakan pada masamu, bahwa kotamu sudah maju, sejak dahulu. "
Udara sejuk berhembus pagi itu. Jalanan sukun membujur dari Utara ke Selatan. Â Perjalanan ini akan menuju selatan. Di barat jalan tampak sungai metro membentang. Suara percikan air deras membelah sungai. Di timur jalan membentang sawah dengan tanaman padi.
Iya, ini di pulau Jawa. Pulau padi. Tanah yang subur makmur dan dialiri banyak sungai. Jernih. Mengaliri hamparan sawah. Menghidupi peradaban kotaku.Â
"Ananda, kau layak kupanggil sebagai Ken Nawak Citralekha. Karena kau akan jadi penulis besar. Yang menceritakan peradaban" bisik MPU purwwa sambil mempersilahkan aku menaiki kuda putih.
Serasa aneh saja. Karena baru sekarang aku harus naik kuda. Dalam pasukan besar dibelakang sang Raja. Kuda kuda pilihan. Berkeling timur Kawi. Membedah sejarah peradaban.Â