Masih duka dari Mahameru. Sabtu petang 4 Desember 2021. Kau runtuh. Menyimpan banyak tangis. Banyak luka. Cerita anak manusia.
Elegi Gladak perak. Piket nol banyak menyebutnya. Eksotis sejak awal mula. Beribu kisah melewatinya.
Aku mungkin terlalu dangkal. Dua tahun lalu dalam amarah cemburu dan kehilangan cinta. Aku bukan mau bunuh diri. Tapi apsaraku dibawa lari melalui jembatan ini.
Itu tragediku sendiri. Kisah cinta dua anak manusia. Yang diterjang nafsu nafsu Angkara murka. Oleh pangeran dari Lumajang. Pujaanmu.
Kini sombongmu runtuh. Sisa sisa kolonial. Diluluh lantakan amarah Mahameru. Kemarahan semesta merobohkan angkuhnya manusia.
Terbayang saat kau dirintis. Dari bambu. Dianyam jadi jalanan yang eksotis. Ditahun 1893. Awal mula engkau menghubungkan dua tlatah. Awal sebuah kisah.
Butuh 41 tahun, merintis Gladak perak. Menjadi penghubung kisah demi kisah. 1.200.000 gulden biaya membangun mu. Dan diresmikan pada tanggal 2 November 1934. Inilah Jalur selatan Semeru (Zuid-Smeroeweg) dan Jembatan Besoek Koboan dibuka secara resmi.
Sabtu itu, 87 tahun kemudian, jembatan ini runtuh. Luluh lantak. Mengubur semua duka. Yang terekam dalam jejakmu. Material erupsi Mahameru menghabisimu. Tanpa ampun.