Tak punya kekasih, memang galau. Semua sendiri. Saat kamu lelah dan terbaring sakit, tak ada yang khawatirkan dirimu. Kamu ada, tapi tak ada yang peduli.
Banyak yang bilang, kuat menjomblo. Tanpa kekasih happy saja. Sudah pilihan hidup. Fix tak bisa digugat. Â Tapi tahukah hatinya kesepian? Jiwanya merana? Itu tipu diri sendiri.Â
Hidup adalah pilihan. Memilih sendiri adalah keputusan. Tapi saat menua, siapa akan menemanimu. Dialah orang terkasihmu. Jika dia tak ada, apa kekasih virtualmu akan datang. Dia ada dalam takdir Illahi, temukan dan perjuangkan.
Bersyukurlah yang punya kekasih. Jangan sakiti dia. Jangan lecehkan dia. Jangan kau remehkan perjuangan dia. Kau punya hak mencampakkan dia. Tapi itu kejam. Cinta bukan memanfaatkan. Cinta itu berbagi susah sedih bersama.Â
Sungguh galau tanpa kekasih itu muram. Siang saja punya malam. Itu fitrah. Namun ada yang lebih galau jika kau punya kekasih, tapi tak kuasa membuatnya bahagia.Â
Lebih galau tanpamu. Tiada uang untuk sekedar mengajakmu makan. Pipis saja bayar, apakah ada kekasih yang mau bertahan jika lapar sekarang, makannya nunggu kaya. Kapan?
Uang bukan segalanya. Cinta bukan matre. Tapi dunia tanpa uang akan membuatmu lebih galau. Berjuta lulusan bangku sekolah bertebar mencari penghidupan. Demi dapat penghasilan. Bersaing agar dapat pendapatan. Agar berjalanlah Panji bahagia, bersama sang kekasih.
Tak mungkin hanya tidur, mimpi hidup enak. Ini dunia perjuangan. Bukan dunia mimpi. Mimpi adalah motivasi. Tapi perut tak kenyang oleh mimpi. Tubuh hidup karena kau berjuang meraihnya. Dan butuh asupan dari rejeki langit bumi.
Percayalah selalu ada keajaiban. Perjuangkan itu. Lebih galau tanpamu. Jadilah punya arti. Karena semua sudah ada yang mengatur. Tak bisa sesuka hatimu. Resahmu. Galaumu akan dilunasi semesta.Â
Malang, 29 September 2021