Andai Doraemon itu nyata, lebih baik kembali kemasa itu. Kebangku sekolah dasar. Tak perlu mikir utang dan beras. Tagihan bank dan intrik selingkuh. Atau mikir uang dan rejeki. Itulah Waktu terasyik, saat bermain seperti nyata. Dongeng masa kecil.
Tapi itu sudah berlalu. Semesta menjalankan hukum alam. Tak bisa kembali. Itu kisah sejarahmu sendiri. Yang diabaikan. Dan dilupakan kewarasan ala dewasa. Bahwa itu sekarang dianggap tak dewasa. Masa kanak yang hanyut dalam relung waktu.
Bermain adalah dongeng masa kecil. Engkau punya kisah masing masing. Kau kenang atau tidak, itu hakmu. Itu pernah ada. Sekalipun tak diakui. Tapi pernah ada. Disetiap ruang hidupmu.Â
Itu bukan dirancang. Itu dijalani. Sesuai jalan takdir. Cerita jaman. Yang merekat dalam kisah. Terekam dalam sel sel memori. Yang aus saat disepelekan. Dan abadi saat dikenang.
Hobby adalah jembatan. Yang membawa masa lalu bertransformasi kemasa kini. Masa bermain yang hilang. Tapi tetap hidup dalam abadi. Tanpa protes. Atau ditertawakan.Â
Iya. Mungkin anakku bertanya, kenapa ayah masih bermain mobil mobilan. Bermain miniatur. Diecast. Kapan punya mobil sungguhan. Bisa dibuat jalan jalan. Bersama kesayangan. Lucu. Tapi itulah cara. Membangun imajinasi. Agar berkaryamu tetap hidup. Dalam romansa abadi. Dalam dongeng masa kecil.
Ngopi bersama miniatur. Bersama sahabat masa kecil. Bukan menolak tua, tapi abadi dalam relung semangat. Bahwa yang perlu dipelihara bukan kekanakan, tapi semangat penuh asa seperti masa itu. Bahwa hidup itu indah. Bermain tanpa tendensi.
Kadang hidup memang pahit. Sepahit pil pil obat rumah sakit. Sepahit apapun, itu menyembuhkan. Dan penyembuh dari jenuhnya dunia dewasamu, adalah passion hobbymu. Yang abadi dipelihara. Agar imaji tetap menembus batas.Â