Jika cinta telah mati. Hidup jadi kehilangan makna. Tanpa arah tujuan. Jauh dari bahagia. Berisi pura pura. Drama kepalsuan.
Yang ditunggu saat terucap salah kata. Salah penilaian. Salah perbuatan. Karena tak pernah ada yang benar. Kecuali penafsiranmu sendiri.Â
Palagan Panji Panji ego. Saat kalah menang hanya ilusi. Pura pura baik. Pura pura ramah. Sandiwara manis penuh dusta. Tak ada lagi percaya. Hanya menunggu salah salah yang baru. Untuk memukul telak. Dituntut hasil untuk tujuan rahasia. Menyingkirkan aku.
Berkurban perasaan. Turut manut seperti kerbau dicocok hidungnya. Semua karena sihir laknat. Bajingan keparat. Kau sudah mereguk nikmat bersamanya. Tiada maaf untuk bejatmu, hingga akhir masa.
Itu tak bisa dijawab, itu dulu. Sekarang tidak. Dia sudah pergi. Begitu mudahnya kalimatmu. Apa Tuhanmu bisa kau tipu? Itu tak termaafkan, oleh alasan apapun.Â
Padahal kamu sandiwara. Pura pura sudah tidak ada hubungan. Kau kira aku tak tahu? Kau tekan aku untuk bahagiakan dia? Kau peras aku untuk membayar utang utangnya? Agar dia tidak perlu menafkahi, dan memperalat aku untuk urusan tanggung jawab? Hebat ya sandiwaramu?
Berkorban perasaan. Kau jual tulusku untuk bajingan laknat. Lelaki apa dia? Pengecut tapi kau bela sebagai dewa. Sang iblis bermuka dua. Â
Diakah yang kau bela? Tapi aku yang kau manfaatkan. Untuk nikmat ranjang surga bersamanya. Langit bumi tahu, tapi kau dustakan untuk menipuku. Tertawalah bahagia. Aku sudah berkurban untukmu. Biarlah keadilan semesta mengadilimu. Jujur, itu tak termaafkan, oleh hari pembalasan.
Malang, 20 Juli 2021
Oleh Eko Irawan