Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bunga di Antara Bunga

30 Juni 2021   15:39 Diperbarui: 30 Juni 2021   16:25 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga diantara bunga dokpri Eko irawan

Kasihku, ada apa denganmu. Jangan mikir macem macem tentangku. Kau kira aku buaya? Kau kira aku anjing? Kau kira aku garangan? Aku manusia sayangku. Dan kau bisa lihat tulusku padamu.

Ragumu padaku itu hakmu. Kau takut menerimaku. Kau ini kekasihku. Namun Kau anggap aku teman, tak lebih. Coba rasakan, apa ada teman melakukan hal yang sama seperti aku lakukan padamu. Mana ada teman yang memuliakanmu sebagai ratu, jika bukan aku padamu

Aku juga laki laki, sama seperti laki laki yang lain. Tapi kelakuanku beda dengan lelaki lain yang kau pernah temui. Jangan samakan semua laki laki itu sama. Lihatlah dengan hati, sayangku.

Aku salut padamu, atas kukuhnya prinsipmu. Itu tanda kau istimewa, bunga di antara bunga. Yang pantas menjaga kasih suci. Selamanya. Dan kubalas itu, dengan kukuhnya cintaku padamu. 

Sudah tak pantas aku bermain main. Cinta ini bukan dolanan. Ini pilihan hidup. Kau sudah temani aku, saat aku bukan siapa siapa. Kau selalu ada untukku, dengan caramu memperlakukan aku. Kau motivasiku. Aku membaca caramu mencintai aku, memang beda dengan wanita lain mencintai pasangannya. 

Dan ikat aku erat. Jangan lepaskan. Kita tak muda lagi. Untuk apa mencari yang lain, yang tak pasti. Aku ini ada untukmu. Pasti untuk dirimu. Tak perlu alasan. Ini nyata ada, kenapa yang ada harus diusir? Harus ditolak? Hanya dianggap teman? 

Cinta tak bisa dipaksakan. Tapi jalan takdir cinta ini, untukmu. Aku membawa amanat terakhir Ibuku. Titah wanita yang melahirkan aku. Aku percaya ibuku. Kapan lagi aku membahagiakan ibuku? Karena ini bukan bohong. Bukan setingan. Ini amanat terakhir sebelum beliau meninggal. Dan itu harus diperjuangkan untukmu.

Aku bukan ngawur. Aku bukan nekad. Aku tak akan menganggap dolanan amanat ibuku. Itu amanat terakhir. Haruskah dipermainkan? Apa diremehkan? Kau itu istimewa sayangku. Dan ibuku pasti tersenyum bahagia, disurga sana. Karena kita bersama.

Malang, 30 Juni 2021

Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun