Penulis ternyata bak seniman dalam setiap karyanya. Tak bisa dipungkiri, penulis butuh ide dan inspirasi dalam melahirkan setiap konten. Proses receh menulis dan terganggunya konsistensi menulis, ternyata dipengaruhi banyak hal. Yang bisa menjaga konsistensi menulis, tentunya punya motivasi kuat. Namun penulis juga manusia, yang punya rasa. Unsur perasaan ini bisa menghentikan, namun juga bisa memacu karya. Bagaimanakah rasa bisa jadi karya, berikut ulasannya, semoga menginspirasi.
Managemen RasaÂ
Unsur rasa, ternyata mempengaruhi kinerja proses berkarya. Saya pribadi pernah berhenti menulis karena dikatai,"karyamu sesat. Gabermut." Dia mengkritisi karya saya sebagai sesat, tidak bermutu. Saya mensikapi hal itu sebagai kata kata orang bodoh yang membunuh karakter proses berkarya orang lain, dengan maksud iri dengki. Cara tak elok dan tiada akhlak, namun efektif menghentikan proses berkarya. Semoga orang orang seperti itu memperoleh hidayah, karena setelah saya amati, beliaunya hanya tukang nyinyir, tapi miskin karya. Jika saya ngikuti perintah orang bodoh seperti dia, dia semakin senang dan saya pendukung orang yang membully diri saya sendiri.
Managemen rasa perlu dimiliki oleh setiap penulis, agar potensi serangan psikis oleh pihak yang tidak bertanggung jawab bisa diminimalisir secara bijak. Potensi serangan psikis, bisa ditemui disemua sektor kehidupan penulis. Mulai dari keluarga, hingga lingkungan komunitas dan tempat kerja. Mereka bisa jadi racun yang membunuh semua proses berkarya.Â
Motivasi pribadi adalah hal yang harus dibangun sejak dini oleh setiap penulis. Proses menulis ibarat mengasah pisau, semakin lama tidak menulis, kualitas dan kuantitas ketajaman karya semakin buruk, karena seperti pisau tak pernah diasah. Terus menulis dan menulis, adalah proses mengasah keahlianmu menulis. Berhenti menulis, akan menghentikan ketajamanmu berkarya.Â
Mengolah Rasa jadi KaryaÂ
Ide bisa muncul dari mana saja, tapi ide karya bisa gugur dan terlupakan, saat penulis mengalami trouble psikis. Perasaan akan mengganggu pikiran jernih yang tanpa disadari membuat galau sang penulis sendiri. Managemen rasa berhubungan dengan managemen konflik, merupakan kunci sukses mengendalikan motivasi.
Salah satu cara adalah bergaulah dengan orang orang yang memiliki mindset positif. Jika lingkunganmu ada diseputar orang orang beraura negatif, hasilnya motivasimu akan mati. Namun jika lingkunganmu adalah lingkungan kompetitif yang beraura positif, secara tak langsung akan memacu passionmu berkarya. Kompetisi positif memberi ruang kreatif yang membangun motivasi.
Membangun motivasi akan membuat dirimu mampu mengolah rasa jadi karya. Konten bisa lahir dari rasa apapun yang kamu alami. Rasa akan terkemas jadi karya yang ciamik.
Semoga artikel ini menginspirasi dan membuat dirimu mampu berkarya dalam kondisi apapun yang terjadi. Apapun rasa yang kamu alami, tetap membuatmu receh menulis. Bagaimana dengan anda sahabat kompasianer?
Malang, 27 Mei 2021