Tentang rasa. Karena rasa hanya ilusi. Yang mudah berubah. Seperti pelangi.Â
Mengejar rasa, hanya lelah. Berharap tanpa ujung. Berakhir tanpa hasil. Karena rasa, hanya tentang ekspektasi.
Syukuri, karena rasa membuatmu hidup. Penuh warna. Jika tak berasa, dirimu telah sakit. Tak bisa membedakan nikmat. Atau derita.
Rasa itu tumbuh. Dan rasa terindah itu cinta. Rasa yang meresahkanmu, dendam. Rasa yang membuatmu dibenci, adalah dengki. Semua ada di kepalamu.
Sungguh rasa ini antara bahagia dan kesedihan. Dimana berada. Disyukurmu sendiri. Dan itulah yang kutulis. Didalam dunia sepiku. Kadang berasa, kadang tidak.
Biarkan rasa ini mengalir. Menginspirasi yang lain. Tak dibacapun tak masalah. Karena beramal tak harus dipaksa. Karena mereka tak tahu.Â
Sajak pelangi rasa. Teruslah tumbuh. Mewarna setiap waktu. Setiap kesempatan. Jadilah air, dalam hausmu. Jadilah api, dalam gelap. Jadilah tanah, untuk berpijak. Hidup bukan untuk disesali. Jalanilah, apa adanya. Bersama rasa.
Malang, 4 Mei 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H