Apakah bahagiamu. Antara ada dan tiada. Antara nyata dan ilusi. Bahagia itu abstrak. Tak bisa dilukis jelas. Tak bisa dibahas kata. Karena bahagiamu itu, dalam gembok.
Hidup kadang terkunci. Serba terlarang. Serba dicurigai. Prasangka dalam rasan rasan. Padahal itu hakmu. Tapi kau tak bisa memiliki. Karena terkunci.
Teori sampah. Buang saja. Sekarang tak perlu nasehat. Buat apa? Ideal sudah tak penting. Yang dibutuhkan sekarang itu, kunci. Untuk buka hidup sejati. Tanpa topeng.
Kadang aku ditertawakan. Dengan sinis. Seolah aku mainan lucu, yang bisa kau permainkan hidup sudah pahit, tambah diperumit.Â
Mencari jawab. Untuk buka gembok. Kunci bahagia. Bukan di mana ada. Tapi itu harus ada. Itulah cinta. Tanpa cinta hidupmu tiada belas kasihan. Hatimu keras. Bahagiakah pemuja dendam? Para munafik yang menipu diri.Â
Temukan cintamu. Walau sudah uzur sekalipun. Tuhan Saja Maha Pengasih. Kenapa umatnya pemuja balas dendam seluas samudra. Kapan bahagiamu. Karena bahagia ada, setelah ada cinta.
Malang, 19 April 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H