Bait bait kisah dalam lembar sejarah. Tersimpan jauh hingga ke delft. Terpisah oleh luas samudra. Jauh lintas benua.
Ini hanya kenangan. Milikku. Yang tak pernah terungkap. Saat Gending tropong bang bergema. Diaula karawitan.
 Alunan nada Gending. Kisah bisu yang disimpan sendiri. Kaupun tak tahu. tak sangka. Tapi ini bukan takdir bersama. Hanya kisah bodoh. Yang disimpan sendiri.
Saat waktu ada. Kesempatan ternyata tiada terulang. Menunggu waktu tepat yang tak pernah datang. Menunda sendiri. Takut tanpa alasan.Â
Seperti merpati putih. Yang selalu datang disetiap pagi. Menyapa si kelinci lucu. Balkon kreasi, selama pandemi. Senyap bagai pesan dari negeri seberang. Karena merpati tak bisa cerita.
Terima kasih sudah menghias masa lalu. Walau itu hanya aku sendiri. Rasa yang tak pernah sampai. Ragu yang menghambat. Tak pernah berani bicara. Hingga harus berpisah. Untuk takdir lainnya.
Pesan dari negeri seberang. Dibawa merpati putih. Diceritakan pada kelinci. Pelajaran berharga tentang menunda. Menunggu. Dan akhirnya jadi pesan tak sampai.Â
Dari Malang menuju Delft, 2 April 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H