Cinta ini, rasa ini seperti tak bertuan. Kuberikan ditempat yang salah. Apa pelarian. Atau apa. Cinta ini pernah ada. Dan masih ada. Walau tak mungkin memilikimu.
Aku mengharapkanmu. Tapi kau tak ada. Akupun Menjalani hidup yang tak semestinya. Apa dirimu tahu, betapa tersiksanya mencintaimu, tapi bertemupun susah. Janjianpun berat. Apalagi Memilikimu, tak mungkin.
Andai kamu ada dua. Kupinang satu diantara kalian. Untuk kumiliki. Agar tak ada yang tersakiti. Namun dirimu hanya ada satu. Merebutmu, akan ada tragedi.
Aku memang tak paham perasaan wanita. Mungkin aku telah menjadi cintamu. Tapi aku terlalu bodoh untuk paham. Bahkan aku tak bisa memahami cemburumu.
Aku hanya ingin bersamamu, tapi kamu dimana. Drama cinta, tapi kita tak ada apa apa. Haruskah kau cemburu jika aku sebut nama. Karena kusungguh tak sanggup. Tanpa kekasih. Aku kesepian.
Sampai kapan kuharus menunggumu. Jadi nyata. Nekadpun tak kuasa. Tapi kau marah jika aku bersama yang lain. Kau tak rela aku diambilnya. Tapi menunggumu aku tersiksa. Karena kau tak bisa jawab cintaku.
Disini aku terpenjara. Menunggu dalam sepi. Tak pasti. Harus bagaimana diriku. Sendiri tak kuat. Menerima dia, kau cemburu. Bahkan hanya sebut namanya, kau cemburu. Cemburu. Dan cemburu.
Memahami cemburumu. Apakah kau cinta aku. Apakah kau tak rela aku bersamanya. Tapi kenapa aku kau biarkan. Dalam cintaku sendiri. Aku ingin nyata. Bukan cinta dalam angan. Bukan cinta sendiri, tanpamu.
Malang, 1 Maret 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H