Pagi menukar malam. Cerah. Semua terus berjalan. Jangan lengah. Yang kau cari itu ada dimasa lalu. Ini aku yang sekarang.
Luka itu harus sembuh. Bukan diperparah. Ini harus diselesaikan. Bukan dijadikan tebak tebakan. Teka teki ujian. Sudah tidak penting.
Kau pikir aku tidak sadar. Agar aku terjebak skenariomu. Tentu ini bukan kamu. Jelas ini bisikan lelaki terbaik sedunia. Pujaanmu.Â
Dan aku harus menanggung azabmu. Diperah habis, agar lelakimu nanti, tinggal senang senang. Sungguh terpujilah dia.
Kau tuduh aku suudhon. Agar lelakimu menjadi permata. Sang pahlawan yang menolongmu. Dia kau bela. Agar perbuatanmu dibenarkan. Disyahkan. Karena dia nikmatmu.
Seisi langit dan bumi saksi. Bahwa kau dan dia harus dibenarkan. Seolah aku mengotori surgamu. Mengganggu masa depanmu. Dan akulah tersangka. Yang harus diadili.
Sampai kapanpun, tak akan usai konflik ini. Karena kau dan dia harus benar. Egomu harus diutamakan. Dan kau nikmati tontonan deritaku. Aku bisa kau tipu. Tapi Tuhan tahu semuanya. Pasti.
Waktu berbagi cerita. Sudah hilang. Karena maumu balas dendam. Agar aku kapok. Terhina. Kena azab. Tapi kau sadar tidak? Siapa diriku?
Malang, 20 Februari 2021
Oleh Eko Irawan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI