Tuhan itu adil. Tak akan menguji umatNya, diluar batas. Apalagi membiarkan rencana jahat. Konspirasi laknat. Menginjak injak bahagiaku.
Cinta yang lalu sudah kandas. Sudahkah tuduhanmu itu diklarifikasi? Kenapa harus aku, Dipaksa akui, untuk pembenaran perbuatanmu. Seolah aku dalang. Sutradara kesengsaraan. Kau kira hanya dirimu yang memikul derita.
Kita sama. Korban. Yang dipermainkan. Dan aku yang harus jadi tersangka. Penyebab segalanya. Sudah siapkan menerima keadilan, saat hatimu dibuka dalam kebenaran?
Rugi waktu. Rugi umur. Berdebat kusir tanpa solusi. Hanya karena ego. Aku sudah mengalah. Tapi tetap salah. Seharusnya kau semangati aku. Agar jalan terbaik segera memenuhi tuntutan mu.
Namun dendammu lebih berkuasa. Kau inginkan azab segera datang. Untuk pembenaran dalilmu. Kepuasanmu, agar puas melihat kesengsaraan ku. Tapi sejuta tapi... Kau ingin bukti, dariku. Orang yang membelamu, kenapa bukan dia yang kau tuntut? Dewakah dia?
Aku pasrahkan saja. Tuhan maha adil. Aku hanya tunas yang berharap. Bermohon doa bahagia. Jika biduk kita karam karena dendam, ya sudah. Untuk apa mau tenggelam? Larut dalam carut marut. Itu masa lalu.
Tiada guna bersama. Jika kau bahagia bersamanya, ya pergi saja. Apa bukti dariku untuk modalmu senang senang bersamanya? Wow, sungguh mulia bisikannya. Pasti seluruh langit bumi memujinya. Lelaki baik hati seluruh jagat. Apa kau kira Tuhan diam saja?
Aku hanya tunas yang berharap. Aku akan berikan tanpa diminta. Tuhan bersama orang orang yang benar. Drama harus diakhiri. Menuju berkah ridho Illahi.
Malang, 19 Februari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H