Sekarang hanya ada dia. Bayanganku sendiri. Hanya dia yang tetap setia bersamaku. Menemani. Mengenang arti tempat janjian kita.
Aku coba terima. Alasanmu. Aku coba mengerti. Sikapmu. Ini demi kebaikan. Ini demi kita berdua. Hingga nanti. Untuk selalu bersama.
Namun dulu kamu bisa. Merangkai kisah kisah bersamaku. Merangkai janji bertemu. Selalu bisa bersama. Berdua. Di tempat tempat terindah. Sekalipun sekejap mata.
Aku sadar, kita dalam dilema. Ini sulit. Ini berat. Harus ada yang dipilih. Agar selamat. Agar terlindung. Tapi ini mulai alasan.
Kisah cinta, kisah rahasia. Jika cinta, tak pakai alasan. Karena kita lebih penting. Dari apapun. Namun saat mulai banyak alasan. Itu pertanda apa. Karena bertemu pun susah.
Aku ingin berbagi. Tentang langkah nanti. Harus ada solusi. Bukan tontonan tak berarti. Karena cinta tak kenal alasan itu dan ini. Haruskah disudahi. Karena aku tak mampu sendiri.
Saat mulai banyak alasan. Memberi kita jarak. Tembok yang tebal dan tinggi. Dekat tapi tak bisa komunikasi. Aku hanya ingin memandangmu. Merasakan getar asmara. Tentang bahagia, yang masih tersisa.
Malang, 17 Februari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H