Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merelakan demi Bahagiamu

16 Februari 2021   22:00 Diperbarui: 16 Februari 2021   22:05 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri / merelakan demi bahagiamu

Kisah ini tentang pilihan. Harus ke mana. Bertahan. Atau pergi. Semua ada risiko. Tak bisa dipaksakan. Merelakan. Demi Bahagiamu.

Ketika malam semakin larut. Sendiri dalam kecemasan. Kehilangan tujuan. Diam, tersiksa. Pergi merana. Hanya dalam tanda koma, sia sia.

Pilihan paling pahit. Sama sama sakit. Dipaksakan semakin meronta. Dibiarkan jadi gila. Terasing dalam hari hari yang semakin hampa. Tak ada semangat, tak ada rencana. Terjebak dalam kisah. Buntu. Menunggu.

Ambang menyerah. Sejengkal lagi terjungkal. Dalam gelap. Karena pilihan dilema. Maju mundur sama saja. Ada yang tersakiti. 

Haruskah hanya menanti. Tak pasti. Menyiksa diri. Tapi ini jalan terbaik. Merelakan. Demi bahagiamu. Karena tidak bisa dipaksakan lagi.

Pil pil pahit harus kutelan. Agar semua ini cepat usai. Aku sudah berdarah darah. Tapi demi bahagiamu. Sekalipun  juangku hanya bintang bintang yang dilupakan. Kupasrahkan, karena itulah milikku. Walau tak diakui.

Malang, 16 Februari 2021

Oleh Eko Irawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun