Kisah ini tentang pilihan. Harus ke mana. Bertahan. Atau pergi. Semua ada risiko. Tak bisa dipaksakan. Merelakan. Demi Bahagiamu.
Ketika malam semakin larut. Sendiri dalam kecemasan. Kehilangan tujuan. Diam, tersiksa. Pergi merana. Hanya dalam tanda koma, sia sia.
Pilihan paling pahit. Sama sama sakit. Dipaksakan semakin meronta. Dibiarkan jadi gila. Terasing dalam hari hari yang semakin hampa. Tak ada semangat, tak ada rencana. Terjebak dalam kisah. Buntu. Menunggu.
Ambang menyerah. Sejengkal lagi terjungkal. Dalam gelap. Karena pilihan dilema. Maju mundur sama saja. Ada yang tersakiti.Â
Haruskah hanya menanti. Tak pasti. Menyiksa diri. Tapi ini jalan terbaik. Merelakan. Demi bahagiamu. Karena tidak bisa dipaksakan lagi.
Pil pil pahit harus kutelan. Agar semua ini cepat usai. Aku sudah berdarah darah. Tapi demi bahagiamu. Sekalipun  juangku hanya bintang bintang yang dilupakan. Kupasrahkan, karena itulah milikku. Walau tak diakui.
Malang, 16 Februari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H