Hidup bagai panggung glamour. Pesona karpet merah. Dipuja bagai selebritis. Dielu elukan saat sukses. Hidup berjaya. Pujian manusia.
Namun saat hina. Dianggap orang gila. Dilihatpun tidak. Tak disapa. Tak dilihat. Datang pun tak ada yang sambut. Apalagi digelar karpet merah.
Panggung dunia. Bagai panggung kembang merah. Dipuja saat mekar. Dihina saat rontok. Dilihat saat mempesona. Dicampakan saat layu.
Hidup bermakna bukan karena pujian manusia. Semua hanya fatamorgana. Ilusi sementara. Saat tak butuh, mereka lupa cara menghargai. Dan akan dilupakan.
Gagah dan cantik dipanggung kembang merah. Itulah sekelumit kisah. Saat berjaya. Banyak sahabat dimeja makan. Namun tiada sahabat saat kau kelaparan. Sendiri. Dalam kemiskinanmu.
Tampilan dengan hati. Tanpa pamer. Berilah bukti. Carilah panggung, dimana kau dihargai, bukan dibutuhkan. Karena banyak yang lupa, cara menghargai, saat tak butuh dirimu lagi.
Panggung kembang merah. Berjaya. Tapi akan pahit saat tak lagi merah. Saat rontok. Karena tak ada yang abadi. Semua hanya kisah sementara. Bukan soal warna.
Malang, 12 Februari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H