Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Saat Terusir Pergi

28 Januari 2021   13:35 Diperbarui: 28 Januari 2021   13:36 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat terusir pergi dokpri

Tak bisakah dimengerti. Tak butuh banyak. Hanya keridhoanmu. Agar kemudahan jadi milik kita. Karena Tuhan melihat. Apa dihatimu. Apa yang kau ucapkan. Apa yang kau perbuat. Sudah lupakan yang kemarin?

Jalan beda tujuan. Kau dendam padaku. Agar aku kapok dan kau puas. Agar memperoleh pembenaran. Semua orang. Dan apa yang terjadi sekarang, jadi karma. Seolah akulah penyebabnya. Tapi aku siapa?

Kemana hatimu? Melihatku saja kau sudah benci. Tapi kau tuntut aku. Minta bukti. Sesuatu yang sudah tak mampu kupenuhi. Tanpa kau introspeksi. Sikat dan pukul terus. Siapa yang mengajarimu?

Saat terusir pergi. Tak pedulikan aku lagi. Dapatpun tak pernah disyukuri. Kurang dan terus kurang. Apalagi tak ada. Memang uang tinggal keruk dipinggir jalan?

Aku sudah tidak dihargai lagi. Kau lupa, setelah tak butuh aku lagi. Caramu sadis. Orang yang sudah tidak diakui. Terusir setelah dihabisi. Untuk membela siapa kau Setega ini?

Sadarilah, tapi kau sudah tak Sudi. Bagimu, aku penghalang bahagiamu. Aku sang pengganggu. Tapi kau butuh aku cukupi. Sementara aku tersakiti dijalanan. Terhina dan terus cari hutangan. Untukmu. Tapi bukan kau semangati aku, malah kau jatuhkan mentalku. Waraskah caramu ini?

Kisah cinta yang telah mati. Semua serba salah. Lumpuh. Tak berdaya. Yang ada dendam, minta bukti dan sudah tidak berperasaan lagi.  Untuk apa ini semua? Tak cocok yang dipaksa paksa.

Saat terusir pergi. Tak dibutuhkan lagi. Harga mati, ancaman untuk cukupi, tapi tak dilayani. Sudah tak ada rasa lagi. Ada atau pergi. Tanpa bukti, dihabisi.

Malang, 28 Januari 2021

Oleh Eko Irawan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun