Ke mana lagi bahagia, saat percaya musnah. Ditelan dusta. Yang dikemas fitnah. Bohong yang berbaju tangis. Kemarahan dan tuntutan. Tak didukung, tapi diinjak injak.
Aku pergi. Terus berjalan mencari cinta yang hilang. Dirampok Arjunamu. Kuikhlaskan padanya. Agar kamu bahagia. Karena bertahan denganku kau tersiksa.
Siapa lagi dalang dari semua ini. Silahkan. Kutantang kau lari. Pahlawanmu pengecut. Mencuri nikmat, tapi menolak susah. Dibiarkan dalam tangis. Yang disalahkan yang lain.
Pintar.. dahsyat.. itulah dewa yang kau bela. Kau puja. Sebagai orang baik. Demi nikmatnya. Hati beningmu diisi putih lezat. Tapi sembunyi. Mereguk nikmat diatas derita yang benar. Salahmu minta dibenarkan. Demi dia enak enakan diranjang langit. Sambil tertawa.
Itu tak penting bagiku. Biarkan semua salah jadi bebanku. Karena kau puas melihat aku kesakitan. Skenariomu dengannya untukku. Agar yang tertuduh aku. Benar menurut manusia manusia, tapi tak bermakna. Karena bahagiamu dusta. Sekarang kemana dia? Bajingan itu?
Terus berjalan mencari cinta yang hilang. Bukan cintamu. Tapi Cinta Tuhan pada umatNya. Yang diremehkan. Dianggap janji. Dituntut cukupi. Tapi tidak disemangati. Diadili setiap bangun pagi. Dituntut saat pulang tak bawa rejeki. Mblanjani orang yang tak cinta aku lagi.Â
Balada orang tak tegas. Tak teges. Â Dihinakan, untuk kemuliaan dia. Agar ongkang ongkang lezat. Mereguk nikmat saja. Tak usah kerja. Apa kau kira pembenaran ini berpahala? Berhadiah surga?Â
Selamat jalan. Aku pergi. Tapi kuberi keadilan untuk kalian berdua. Silahkan dinikmati. Itu surgamu. Menurut pembenaranmu sendiri. Gusti Allah mboten Sare. Kelak jangan tuntut lagi. Jika ada sesuatu. Karena ini buah yang kau tanam. Diatas deritaku yang tulus Ikhlas. Agar kalian puas.
Malang, 26 Januari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H