Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terus Berjalan Mencari Cinta yang Hilang

26 Januari 2021   08:55 Diperbarui: 26 Januari 2021   09:04 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ke mana lagi bahagia, saat percaya musnah. Ditelan dusta. Yang dikemas fitnah. Bohong yang berbaju tangis. Kemarahan dan tuntutan. Tak didukung, tapi diinjak injak.

Aku pergi. Terus berjalan mencari cinta yang hilang. Dirampok Arjunamu. Kuikhlaskan padanya. Agar kamu bahagia. Karena bertahan denganku kau tersiksa.

Siapa lagi dalang dari semua ini. Silahkan. Kutantang kau lari. Pahlawanmu pengecut. Mencuri nikmat, tapi menolak susah. Dibiarkan dalam tangis. Yang disalahkan yang lain.

Pintar.. dahsyat.. itulah dewa yang kau bela. Kau puja. Sebagai orang baik. Demi nikmatnya. Hati beningmu diisi putih lezat. Tapi sembunyi. Mereguk nikmat diatas derita yang benar. Salahmu minta dibenarkan. Demi dia enak enakan diranjang langit. Sambil tertawa.

Itu tak penting bagiku. Biarkan semua salah jadi bebanku. Karena kau puas melihat aku kesakitan. Skenariomu dengannya untukku. Agar yang tertuduh aku. Benar menurut manusia manusia, tapi tak bermakna. Karena bahagiamu dusta. Sekarang kemana dia? Bajingan itu?

Terus berjalan mencari cinta yang hilang. Bukan cintamu. Tapi Cinta Tuhan pada umatNya. Yang diremehkan. Dianggap janji. Dituntut cukupi. Tapi tidak disemangati. Diadili setiap bangun pagi. Dituntut saat pulang tak bawa rejeki. Mblanjani orang yang tak cinta aku lagi. 

Balada orang tak tegas. Tak teges.  Dihinakan, untuk kemuliaan dia. Agar ongkang ongkang lezat. Mereguk nikmat saja. Tak usah kerja. Apa kau kira pembenaran ini berpahala? Berhadiah surga? 

Selamat jalan. Aku pergi. Tapi kuberi keadilan untuk kalian berdua. Silahkan dinikmati. Itu surgamu. Menurut pembenaranmu sendiri. Gusti Allah mboten Sare. Kelak jangan tuntut lagi. Jika ada sesuatu. Karena ini buah yang kau tanam. Diatas deritaku yang tulus Ikhlas. Agar kalian puas.

Malang, 26 Januari 2021

Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun