Tafakur diujung hari. Bersama senja. Khusus hari itu. Warna cinta. Cinta bersemi bersama senja.
Aku hanya pesakitan. Yang Menawarkan asa. Yang masih tersisa. Cinta diujung senja, bersamamu kembali ketitik awal.
Masih ada semalam lagi. Saat pagi menjelang, nanti. Tanda harap masih berbunga. Bersemi sejak senja kala. Saat ini, bersemi dihati.
Menunggu semalaman. Berjuang dalam gelap. Bersamamu pasti bisa. Karena cinta itu percaya. Bahwa aku bukan kumbang. Yang hanya butuh madu. Tapi aku merpati. Yang belajar tulus. Untuk sarang abadi kelak.
Yakin itu harus. Bekal memulai. Walau terlambat. Tapi masih ada pandangan. Masih ada harapan. Sekalipun secuil. Tapi harus menyala. Dalam badai malam pekat.
Ini bukan janji. Itu berat. Buatlah aku kuat, itu penting. Karena aku bisa, itu karena mu. Aku bukan tontonan. Yang Kau lihat. Tanpa dukunganmu, aku apa. Hanya daun yang terbuang, kering dan sirna.
Aku sudah terbuang. Kau tahu itu. Itu masa laluku. Tapi aku masih percaya, jika cinta bersemi bersama senja. Ada diantara kita. Agar kita bisa menghargai. Bahwa hidup itu bepasang, ada siang ada malam. Tanpa dendam.
Malang, 22 Januari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H