Sekaranglah puncaknya. Ujung penantian. Ujung dari asa. Menembus langit. Hasrat tulus bersamamu. Yang tak terkabul. Karena ini penantian, tapi tanpamu.
Menyerahku mungkin rugi. Bendera putih berkibar. Saat ku telah tak sanggup. Untuk satu hal saja. Yang telah terlarang.
Waktu yang salah. Yang tak bisa kuputar kembali. Tertatih dalam sesak. Tertekan dalam sempit. Ini jadi tak mungkin. Tak bertempat lagi.
Ini bukan ciptaku sendiri. Ini harap. Andai ada keajaiban. Pasti aku akan menjemputmu. Tapi itu kapan. Tapi apa mungkin.
Kecewa ini tak bisa ditipu. Sedih ini membuatku sakit. Memaksamu, tak bisa. Di puncak penantian tanpamu. Harus kuterima, tanpa syarat.
Pengorbanan cinta. Menaruh semua asa. Dalam bilik bilik sepi. Bersama yang tak pernah ada. Berdua dalam ilusi. Hidupku telah menjadi imajinasi.
Tanpamu. Untuk apa. Karena cinta ini tak bisa menyatu. Hanya menanti. Menunggu. Dan diam. Setelah itu, harus pergi. Dan diakhiri. Tanpa memiliki.
Malang, 15 Januari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H