"Udane Wong Sugih,"Â
"Wayahe makaryo malah udan, wayahe turu malah terang."
Itulah keluh hujan pagi Hari.
Menatap harap. Tentang rejeki. Para pengais. Recehan rupiah. Yang tertahan gerimis.
Tak salah hujan pagi. Semangat tak boleh mati. Berbalut mantel ditambal solasi. Berangkat dengan hati. Menjemput rejeki.
Dingin. Air pun menembus. Basah baju dan celana ini. Demi sesuap nasi. Untuk anak istri.
Iri melihat di sana. Bermobil. Tetap ceria. Tak bingung soal dana. Tetap asyik, tak bingung cuaca. Sementara kita, hanya menonton mengelus dada.
Balada orang pas Pasan. Tiap hari mencari penghidupan. Berat dirasa sekedar kecukupan. Malam nanti sudah habis buat makan. Tak bersisa, buat tabungan. Apalagi liburan.
Syukuri saja. Agar berkah. Agar rejeki bertambah. Hujan pagi memang milik yang kaya. Tak perlu drama. Jalani saja.
Semoga lelah ini dihargai. Basah ini berarti. Jangan kau tuntut yang tak mampu beli. Berdoa dan terus jalani.
Hujan pagi hari. Tak menghalangi. Inilah hidup berseni. Tak perlu sedih, apalagi menangis sendiri. Jalani. Penuh arti. Tulus Ikhlas demi indahnya senyum keluarga hari ini.